Ketika melihat beberapa postingan Kang Tofik Katamso tentang Dapoer Pak Robie di Instagram, rasa penasaran yang mengendap di dalam hati ini langsung bergejolak. Rasanya, ingin segera main ke sana.
Alasan pertama dan utamanya karena ingin menikmati suasana nongkrong di rumah dengan interior Jawa. Jujur saja, aku ini memang tertarik dengan nuansa interior jadul macam itu.
Alasan kedua ingin main ke Dapoer Pak Robie ya jelas karena ingin silaturahmi dengan Kang Tofik alias Kang Opik. Sudah lama nggak bersua. Mumpung masih Syawalan 1440 H.
Akhirnya, kesempatan untuk main ke Dapoer Pak Robie datang juga. Pemicunya, saling berbalas komentar di Instagram. Aku posting tentang kopi Purbalingga, Kang Opik penasaran pengin mencoba.
Di mana sih lokasi Dapoer Pak Robie?
Sebenarnya, lokasinya mudah sekali dijangkau. Karena masih termasuk wilayah kota. Tepatnya di Kelurahan Karangsentul. Cuma ya, memang masuk gang sih.
Ancer-ancernya nih yah. Perempatan di utara RS Siaga Medika masuk ke timur. Itu loh, jalan kecil ke arah timur yang menuju PT Wonjin dan Perumahan GPA 3.
Kalau dari jalur lingkar barat itu, warung makan yang buah dari join-an usaha Kang Opik dan Robi Sugiarto ini cuma sekitar 300 meter saja. Dan bisa diakses dengan mobil.
Nah, setelah tahu lokasi warung yang belum lama buka ini, aku langsung atur jadwal sepulang kerja. Janjian dulu dong. Dan tentu saja, nggak lupa beli Kopi Onthel yang tempo hari jadi bahan obrolan.
Lah nahasnya. Pas mau pesan di Kiye Merchandise, ternyata Kopi Onthel belum ready stock. Kontak Sang Empunya Kopi Onthel juga slowres. Tetapi, akhirnya bisa beli kopi robusta Purbalingga itu di Yurizkem.
Menu spesial itu bernama Ayam Kastem.
Setelah say hello dengan Kang Opik, saya pesan Ayam Kastem dan lemon tea. Menu ini rekomendasi dari yang kerja di warung makan yang menerapkan open kitchen ini.
Seperti namanya, Kastem yang berasal dari Custom, menu ini juga bisa custom. Mulai dari nasi, saos, telor termasuk cara makannya. Seru banget nih Ayam Kastem yang disajikan pakai hotplate dan harganya cuma Rp 17.000 perporsi.
Nasinya kamu bisa pilih nasi putih atau nasi goreng. Saosnya juga bisa black papper, teriyaki dan saos apalagi gitu. Lupa. Hehe.
Eh, tapi yang paling penting dari menu Ayam Kastem ini, kamu jangan sampai kaget apalagi marah-marah kalau ternyata eh ternyata telurnya masih setengah mateng. Konsep sajian telurnya memang begitu.
Kalau pengin makan telur mata sapi yang matang, nggak perlu marah-marah. Cukup lakukan dua teknik ini. Pertama, telur mata sapinya di balik. Kedua, diorak-arik.
Ya kan pakai hotplate, jadi plate yang hot itu bisa bikin matang telur mata sapi. Konsep ini jadi gimmick yang kece lah. Mantaaapp.
Kalau aku sih makan Ayam Kastem yang disajikan dengan nasi goreng dan saos black papper. Telur mata sapinya, aku balik sebentar, biar masih bisa mengalir kayak lava.
Dan ternyata bener tuh. Pas nasi goreng, ketemu saos black papper, daging ayam yang empuk dan lelehan telur, rasanya dahsyat deh. Enak Jon! Enak beneran nih.
Ayam Kastem di Dapoer Pak Robie sudah pasti worth it lah.
Eits, kalau menu lainnya gimana nih?
Ya, kalau menu lainnya sih biasa aja. Bukan soal rasanya. Aku kan belum mencoba. Maksudnya jadi jenis menunya. Menu-menunya masih mudah dikenali lah.
Malah kalau aku bilang, menu di Dapoer Pak Robie yang buka pukul 11-21.00 ini minimalis banget. Mulai dari mi goreng, nasi goreng, nasi ayam, es teh, lemon tea sampai kopi.
Eh iya, di warung ini juga ada kopi-kopi lokal Purbalingga kok. Kopi Kiye yang menyeduh kopinya. Aku belum sempet mencoba juga kopi seduhan Kopi Kiye. Maklum, baru ngopi di kantor.
Sebenarnya, bagaimana konsepnya sih?
Sambil menunggu makan, sudah pasti aku memanfaatkan waktu untuk mencari tahu konsep dari Dapoer Pak Robie. Kang Opik cerita banyak juga nih soal konsep warung bergaya Jawa rintisannya ini.
Intinya sih, Dapoer Pak Robie bukan cuma soal makan. Tetapi juga soal ruang. Baik itu ruang nongkrong, silaturahmi, reuni, arisan atau bahkan kumpulan keluarga.
Pas aku main ke Dapoer Pak Robie sih memang kerasa banget nuansa komunitasnya yah. Aku sih nggak heran, mengingat Kang Opik kan memang dedengkot pegiat pecinta alam di Purbalingga. Nuansanya dapet banget.
Di luar itu, interior dan penataan ruangannya memang cocok juga sih buat nongkrong. Nuansa kayu dan coklat plus suasana yang hening bikin lupa waktu kalau ngobrol di Dapoer Pak Robie ini.
Nah, perhatikan ini kalau main ke sana.
Bisa dibilang, warung ini menerapkan konsep slow food. Jadi, makanan nggak serta merta tersedia di meja makan pemesan. Kalau lagi sibuk, proses masaknya bisa lumayan lama.
Aku saja hampir satu jam menunggu untuk satu porsi Ayam Kastem. Lama? Iya pasti. Untung saja, waktu itu, aku nyambi nunggu makanan sambil ngobrol ngalor ngidul, jadi nggak kerasa.
Jadi, saranku, jangan terlalu lapar kalau pengin kulineran di Dapoer Pak Robi. Karena bisa jadi, kamu akan keburu suren alias lapar selapar-laparnya, sementara makanan belum jua datang menyapa.
Eh, eh, eh. Jangan keburu antipati dong. Solusinya sebenarnya cukup mudah. Yakni datang dengan jangan dalam kondisi lapar. Nah, solusi lainnya ya dengan reservasi.
Sedangkan untuk Dapoer Pak Robie, aku punya saran baiknya kalau bisa dipercepat memasaknya lebih bagus. Biar nggak ada yang mengeluh karena terlalu lama menunggu.
Kalau memang mau konsisten di jalur slow food, ya coba deh sediakan pilihan menu camilan yang nggak perlu mengenyangkan sebagai teman untuk menunggu menu utama datang.
Ya kan bisa krupuk, sriping, gejos, klanting, kacang, dan banyak lah pilihan lainnya. Yang nggak perlu memasak. Tapi cukup taruh di toples kecil, jadi bisa untuk klethikan. Syukur-syukur bisa gratis. Hehehe.
Over all, aku sih nggak menyesal sudah kulineran di Dapoer Pak Robie. Menunya oke untuk menggoyang lidah. Suasananya juga mancaap untuk santai dan ngobrol bareng.
Apalagi kalau bisa ngobrol bareng Kang Opik. Bisa dapat update kondisi alam dan satwa di Pegunungan Punggung Naga Purbalingga. Selalu ada yang asyik dari kawasan itu.
Kenyang di perut, adem di pikiran. Jika suka kulineran, mainlah ke Dapoer Pak Robie.
Okay, fine.. Aku baru tahu nih ada Dapoer Pak Rabie. Jadi gang kecil yang ke arah Wonjin itu, ya? Ya ya aku paham jalan itu.
Berarti kalau ke situ jangan pas lagi laper-lapernya gitu, ya? Untuk konsep kayaknya menarik juga, apalagi suasana keJawaan ngunu.
Okay, thank for your sharing.
Eri Udiyawati
Hayuk kita nongkrong blogger Purbalingga di Dapoer Pak Robie. Lumayan cocok buat berburu inspirasi menulis. Hehe