Berbicara tentang artificial intelegence alias AI, memang nggak ada habisnya. Teknologi kecerdasan buatan ini sudah menjadi semacam teknik “potong kompas” dalam berbagai urusan. Lalu, bagaimana wujud puisi buatan artificial intelegence?
Teknologi berbasis artificial intelegence bisa bikin produk apa saja. Apa saja! Dengan prompt yang tepat dan jelas, konten teks, gambar, foto, hingga video bisa diproduksi dengan sekali klik.
Saking canggihnya teknologi AI, kita bisa saja kesulitan untuk membedakan mana yang asli dan mana yang konten yang dibuat AI. Ekstrim banget sih.
AkuBangkit juga sudah memanfaatkan teknologi AI, dalam aktivitas produksi kerja dan kreativitas. Salah satunya ya ChatGPT. Sudah pernah memakainya?
Kecerdasan buatan bertajuk open AI ini cocok dan gampang banget untuk digunakan dalam membuat teks. Teks apapun.
Mulai dari deskripsi produk, caption, ide konten, kata sambutan hingga jawaban pertanyaan guru di kelas juga bisa. All about texts.
Ayo Baca Ini: Lagu Anime yang Terkenal dan Banyak Dicari di YouTube. OST Kimetsu no Yaiba Urutan Berapa?
Beberapa hari lalu, sebagai upaya penyegaran ide, AkuBangkit minta bantuan ChatGPT untuk membuat puisi. Hehe. Dan, beginilah jadinya jika artificial intelegence bikin puisi.
Begini kira-kira prompt yang dituliskan “Buatkan puisi tentang kopi dan kesepian karena pedih di hati, karena kenangan yang menguap tanpa bisa tertangkap”.
Dan, inilah barisan puisi buatan artificial intelegence (AI). Tanpa edit nih loh yah. Selamat membaca.
Kopi hitam di pagi yang sunyi,
Menyentuh bibir, menghangatkan hati.
Seperti kenangan yang terurai,
Hanya luka dan rasa pedih yang tiada habis.
Dalam setiap tegukan kopi yang pahit,
Terlukislah wajahmu di pikiran yang resah.
Kenangan indah, kini hanya bayang,
Menghilang seperti asap, tak tergapai.
Kau datang dan pergi bagai angin,
Meninggalkan luka dan kerinduan dalam hati.
Kini kopi dan kesepian bersatu,
Merajut duka dan sepi yang tak terkira.
Dalam cangkir kopi, rasa getir ini tumbuh,
Seperti rindu yang semakin membara.
Tak mampu tertangkap, seperti debu yang terbawa angin,
Kenangan menguap, menghilang tanpa ampun.
Tetapi biarkanlah kopi dan kesepian ini bercerita,
Tentang cinta yang datang dan pergi.
Meski terluka, hati tetap bergetar,
Merindu, berharap, dalam sepi yang terlarut.
Mungkin suatu hari, kenangan akan kembali,
Seperti aroma kopi yang menghiasi udara.
Namun hingga saat itu tiba,
Biarkanlah kopi dan kesepian ini menjadi sahabat.
Dalam setiap tegukan kopi yang kurasakan,
Ada rasa getir yang kuharapkan.
Ia mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan,
Di antara kopi dan kesepian, kita tetap berdiri tegar.

Pendapat tentang Puisi Buatan Artificial Intelegence.
Kalau menurut AkuBangkit, bagus sih. Terutama karena munculnya beberapa kosakata yang nggak terpikirkan oleh AkuBangkit sih. Hehehe.
Ada beberapa diksi yang terasa sangat romantis sekaligus mengejutkan. Misalnya, munculnya kata “merajut duka dan sepi yang tak terkira” dan “seperti aroma kopi yang menghiasai udara”.
Puisi Singkat: Sajak Sekitar Sungai
Eh, lupa disclaimer. Ini bukan berarti AkuBangkit lagi ngajari cheat menggunakan teknologi AI dalam mengerjakan tugas dan berkarya loh yah. Hehe.
Meskipun sah-sah saja, tetapi bekerja dengan ide dan kreativitas sendiri akan terasa lebih nikmat dan mantap.
Teknologi AI hanya sebagai pembantu atau referensi. AkuBangkit sendiri pasti akan mengedit hasil kerja AI, demi mendapatkan sentuhan manusia.
Eh, lur! Kembali lagi ke laptop. Gimana nih, puisi buatan teknologi artificial intelegence (AI) ChatGPT. Bagus nggak tuh? Hayo jujur aja yah, kasih komentarnya.
Kamfreeet banget emang chatGpt. Bisa-bisanya bikin puisi sedalam itu. Sebagai orang yang dulunya punya hobby bikin puisi, meras tersaingi nih. Wkwkkwkwkw