Rencana main ke Pasar Karetan di Kendal, akhirnya terwujud 18 November 2018 kemarin. Rencana jalan-jalan ke destinasi digital ala Generasi Pesona Indonesia (GenPI) ini tertunda sepekan. Gara-garanya, ada yang hajatan.
Pasar Karetan hajatan? Oh, bukan begitu Ferguso. Yang hajatan itu warga di Desa Meteseh, Kecamatan Beji. Karena tratagnya menutup jalan menuju Pasar Karena, jadi ya destinasi hits ini ikutan tutup.
Awalnya juga ikut mengernyit dahi, kok bisa gitu. Tetapi, setelah main langsung ke Pasar Karetan, ya memang itu mungkin banget terjadi. Lah wong, jalan menuju Pasar Karetan cuma ada satu.
Oh iya, sebagai informasi saja. Pasar Karetan ini salah satu inisiator konsep pasar digital GenPI yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia. Anak-anak muda di GenPI yang menjadi motornya.
Aku main ke Pasar Karetan nggak sendirian. Emang pendekar yah. Tetapi bareng dengan tim dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar), Bapelitbangda, pengelola Botania Garden, dan lain-lain lah. Ceritanya, aku mewakili tim GenPI Purbalingga.
Sebetulnya sih banyak anggota GenPI yang pengin ikutan. Sayang seribu sayang, agendanya tabrakan dengan agenda-agenda kece lainnya. Kayak Opening Pasar Lodra Jaya di Banjarnegara sampai ada acara Gathering MTMA Jateng di Serang.
Pekan itu, memang pekan sibuk. Padahal, biasanya ya juga nggak ada agenda. Kita sendiri juga heran. Heuheuheu.
Perjalanan berangkatnya, jam 1 pagi dari Kantor Dinporapar. Targetnya, sih bisa sarapan di Pasar Karetan, habis itu bisa ngobrol bareng dengan konseptor pasar digital yang hits ini.
Dan, aku nggak mengira kalau Pasar Karetan yang sudah hits level nasional itu ternyata tempatnya ndelesep sekali. Jalan masuknya cuma cor-coran semen. Kalau ada dua mobil berpapasan, sudah pasti repot untuk lewat.
Karena itulah, mobil elf dari Purbalingga terparkir cukup jauh dari lokasi pasar. Kami harus naik odong-odong menuju pasar. Jumlah seatnya ada sekitar 20, jadi bisa tertampung semuanya.
Untuk naik odong-odong, pengunjung pasar tidak perlu bayar. Gratis. Odong-odong ini tampaknya jadi solusi mengatasi jalur dan ruang parkir yang sempit, jadi nggak perlu ada mobil kesusahan parkir.
Odong-odong ini juga jadiĀ atraksi wisata yang asyik. Karena bisa lebih menikmati kehidupan warga lokal dan bisa melihat rumah-rumah khas daerah situ. Atap rumahnya pendek-pendek.
Sesampainya di Pasar Karetan, outlet penukaran kepik langsung menyambut. Sistem pembayaran di Pasar Karetan ini memang nggak pakai duit rupiah, tetapi pakai kepik khusus. Kepik ini bentuknya seperti koin. Nominalnya dari 2,5, 5, 10 dan 20.
Model pembayaran ala Pasar Karetan ini jadi salah satu identitas unik dari Pasar Digital GenPI di Indonesia. Meskipun bentuknya ada yang diganti bambu, koin atau kayu, tetapi konsepnya tetap sama; non duit rupiah.
Dan wow! Pasar Karetan ramai sekali. Meskipun masih pagi. Banyak bakul jajanan tradisional. Mulai dari gudeg, bakso, nasi gudangan, pecel, sate, sampai wedhangan. Banyak pilihan. Tiap bakul punya jajanan yang berbeda-beda. Jadi nggak rebutan pembeli.
Pasar Karetan juga punya panggung seni, workshop batik, kios merchandise, pendapa, panahan, camping ground dan tentu saja spot selfie. Namanya juga destinasi digital, jadi semua konsep pasar yang ada di Indonesia ini memang harus instagramable, keren buat foto-foto.
Dan yang paling keren dari kunjungan setengah hari di Pasar Karetan adalah momen yang pas. Ternyata eh ternyata, jadwal kami main dari Purbalingga pas banget sama kunjungan dari Kementrian Pariwisata, Pesona Indonesia dan ada juga artis Vega Damayanti.

Jadi, ya pas banget bisa ketemu siapa saja di Pasar Karetan ini. Anak-anak GenPI Jateng juga banyak yang datang. Jadi, bisa ngiras-ngirus kenalan sama teman-teman. Inilah salah satu asyiknya gabung GenPI, teman-teman yang penuh semangat dan ide yang asyik. Uhuy.
Saking asyiknya dolan kesana-kemari, ‘merampok’ ide dan semangat dari Pasar Karetan, sampai lupa waktu. Ternyata sudah siang. Tapi memang asyik sih yah main ke destinasi digital ala GenPI Jateng ini.
Habis kunjungan ini, sudah tentu ada semacam tantangan untuk GenPI Purbalingga bikin pasar digital ala GenPI ini. Tantangan yang datang dari teman GenPI Jateng dan juga Dinporapar Purbalingga.
Kan sudah main ke Pasar Karetan, kan Purbalingga punya banyak potensi. Apalagi, GenPI Banjarnegara yang terdekat pun sudah punya Pasar Lodra Jaya. Masa Purbalingga nggak berani bikin destinasi digital.
Kira-kira bagaimana yah? Perlu bikin destinasi digital di Purbalingga nggak nih? Punya ide?
Seporrte nek gawe pasar pokoke ??