Sebenarnya, sudah biasa terlibat dengan event festival. Tapi, main bareng di Festival Anak Desa 2022 menjadi sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ini adalah pengalaman baru. Sungguh.
Ketika mendapatkan pesan whatsapp dari Nur Said yang merupakan inisiator Festival Anak Desa, dahi mengernyit begitu kuat. Lah, masa Said meminta AkuBangkit menjadi kurator Pameran Seni Rupa “Rupane Desa”. Wow banget kan.
Bagaimana AkuBangkit nggak kaget coba. Ini kali pertama pengelola festival ngajakin jadi kurator. Biasanya kan cuma ngajakin datang ke festival. Yah, paling banter ngajak jadi moderator di sesi obrol-obrolan. Heuheu.
Tapi setelah AkuBangkit dan Said ngobrol di Mlipir Cafe Purbalingga, yah akhirnya oke aja jadi kurator pameran seni rupa di Festival Anak Desa. Hitung-hitung membantu pelaku kreatif di Purbalingga. Plus, belajar jadi kurator.

Festival Anak Desa Adalah….
Festival Anak Desa digelar di kompleks Umah Suwung yang berada di Desa Pagerandong, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Event kreatif yang digelar kali kedua ini dilaksanakan pada 5-9 Januari 2022.
Festival Anak Desa menampilkan lomba baca geguritan, lomba tari tradisional, lomba rebana dan lomba tilawah.
Ada juga lomba karawitan, lomba melukis, pertunjukan seni hingga pameran seni rupa “Rupane Desa” di Umah Suwung.
Selain itu, ada workshop sablon cukil, workshop gelas bambu, workshop dalang jemblung serta sarasehan bertema “Ajining Bangsa Saka Desa”.
Dengerin Podcast Yuk : Top 7 Podcast Spik Sana Spik Sini yang Paling Banyak Ditonton di Tahun 2021! No 5 Nggak Disangka-sangka.
Mengutip braling.co, Festival Anak Desa merupakan salah satu cara masyarakat desa menampilkan potensinya. Khususnya di bidang seni dan budaya.
Karena, seniman di desa menilai desa masih menjadi entitas yang dipandang sebagai komunitas masyarakat yang identik dengan keterbelakangan dan kemiskinan.
Desa masih saja menjadi obyek dari berbagai program yang dibuat tanpa memandang unsur-unsur lokalitas desa.

Apa sih Kurator Pameran Seni Rupa?
Sesuai dugaan. Menjadi kurator itu nggak cuma milih-milih karya. Apalagi cuma status gaya-gayaan di sebuah pameran karya.
Kalau mengutip wikipedia, kurator seni merupakan pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni.
Biasanya nih, kurator seni bekerja di museum, pameran seni, galeri foto, ataupun perpustakaan.
Makanya nggak heran jika, kurator seni juga punya pendidikan tinggi dalam bidang seni. Bisa lulusan S2 atau bahkan S3 gitu lah.
Oh iya, kurator seni juga harus rajin mengisi seminar, menulis artikel hingga update dinamika industri seni dan paham kode etik seni.

Tugas dan Tanggung Jawab Kurator Seni, Ini Loh….
Sebagai pembanding nih, kurator itu ibaratnya produser sekaligus sutradara di dunia film. Peran dan tanggung jawab kurator, kompleks banget.
Tugas kurator dalam pameran seni rupa adalah mengamati dan menganalisis perkembangan seni rupa. Nggak cuma itu dong.
Seorang kurator juga wajib banget punya kemampuan mempertimbangkan, menyeleksi, mengumpulkan menata hingga menentukan objek-objek apa saja yang akan dipamerkan.
Sudut pandang kurator juga nggak boleh satu sisi saja. Ia harus memahami nilai karya, story sekaligus bagaimana publik akan merespon karya seni tersebut.
Dengan kata lain, kurator merupakan jembatan yang menghubungkan karya dari para seniman dengan masyarakat.
Begini Rasanya menjadi Kurator Seni Newbie
Dengan kompleksitas peran dan tanggung jawab tersebut, wajar dong AkuBangkit agak deg-degan waktu ditawari menjadi kurator di pameran seni rupa Festival Anak Desa 2022.
Khawatir dimintai pertanggungjawaban yang sifatnya filosofis. Maklum, kan yang datang ke event kreatif ini adalah orang-orang yang memang sudah lebih dulu berpengalaman di jagat seni dan budaya.
Yah, kan AkuBangkit selama ini nggak pernah belajar seni dan budaya secara teoritis dan filosofis. Paling pol ya nonton dan kasih komentar apresiatif atas pameran karya. Heuheu.
Dan beneran loh. AkuBangkit deg-degan sewaktu karya-karya seni rupa dari anak-anak desa di Pameran Seni Rupa “Rupane Desa” di Festival Anak Desa 2022.
Pas buka tirai penyekat ruangan di Umah Suwung, yang jadi lokasi pameran, AkuBangkit rasanya plong banget. Rasa was-was dan rasa senang bercampur menjadi satu. Semoga orang yang hadir, bisa menikmati sajian karya.

Ini yang AkuBangkit Lakukan Ketika Proses Kurasi Karya
AkuBangkit melihat-lihat semua karya yang sudah terkumpul di Umah Suwung. Mencermati esensi cerita yang termaktub dalam karya, sembari mencari-cari tautan dengan tema utama, Rupane Desa. Iya, wujudnya desa.
Karya seni rupa yang tampil bermacam-macam gaya. Ada yang tampil penuh kesederhanaan, ada pula yang tampil percaya diri bermodalkan pengalaman meracik karya seni.
Senang sekali melihat guratan imajinasi membaur di atas kanvas. Ternyata, desa yang selama ini dianggap minor dan pelosok, mampu menorehkan warna karya yang beragam nan elok dipandang!
AkuBangkit memutuskan memajang semua karya yang dikirim. Karena banyak yang out of thema. Padahal space masih luas dan visualnya juga ciamik pisan.
Walau begitu, AkuBangkit mengusulkan untuk membagi karya dalam dua tema besar. Yakni tema perempuan dan anak-anak.
Sebagai penanda perbedaan story itu, karya-karya dipajang dalam dua ruangan yang berbeda. Semoga ada pengunjung yang menangkap upaya pembedaan tema besar ini. Heuheu.
Kata Pengantar untuk Pameran Seni Rupa Festival Anak Desa
Ceritanya, AkuBangkit sudah bikin kata pengantar untuk Pameran Seni Rupa “Rupane Desa”. Judulnya “Semesta Desa”. Dan begini isinya.
Desa bergairah. Iya, sekarang ini, akan sangat mudah menemukan semangat tumbuh yang menyala benderang dari desa. Narasi minir yang sudah lama menghegemoni semesta desa, lambat laun mulai memudar.
Pesona desa telah membuat kemegahan modernitas menoleh. Kekayaan seni, budaya dan wisata yang melebur dengan karakter sosial dan tatanan norma menjadi obat penawar kegelisahan rutinitas zaman yang individualistik.
Karya-karya yang hadir menyapa di Pameran Seni Rupa “Rupane Desa” merupakan penanda lain bahwa desa tak lagi canggung mewarnai peradaban. Perpaduan kreativitas dan keterbatasan melahirkan corak karya yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Dengan melihat karya di Pameran Seni Rupa “Rupane Desa”, kita akan dengan gampang menjumpai ekspresi dan interpretasi kaum muda desa terhadap eksistensi desa, problematika desa dan peluang desa sebagai pondasi Nusantara.
Jalan bagi desa untuk mewujudkan “Ajining Bangsa Saka Desa” mungkin nggak sedekat yang dipikirkan. Mungkin saja sangat berliku dan rumit. Namun, asa ini pantas dilestarikan.
Baca Ini Dong : Pameran Seni Rupa “Hahaha” di Purbalingga dan Beberapa Hal Penting dalam Budaya Berkarya. Yuh Waca Ngasi Rampung.
Senang sekali bisa sedikit terlibat dengan Festival Anak Desa 2022. Apalagi dengan peran sebagai kurator-kuratoran di pameran seni. Yah, meskipun masih kepo level kabupaten nih tentang respon pengunjung festival atas sajian karya di pameran.
Kamu pernah main ke pameran seni atau museum? Boleh dong bagikan pengalaman asik kamu ketika main ke pameran seni atau museum. Tulis di kolom komentar yah. Jangan japri. Biar dunia tahu kan. Hihihi.