ilustrasi-puisi-sajak-pendek-gerimis-senja
Coret Moret

Hidup di Sore yang Fana

Di antara gerimis, doa-doa berterbangan.
Menyanjung nikmat, mengangkat rasa kalah.
Tak ada kesepian, apalagi kepura-puraan.
Kali ini, biarkan saja malam menenggelamkan lelah.

Wajah penuh peluh terus lari membawa mimpi
Meninggalkan zona nyaman menina-bobokan
Nampaknya hasrat melawan telah menguasai
Siap menerobos tatanan yang penuh tipuan

Gerimis telah berhenti ketika aral merapuh
Sementara hasrat justru kian berkobar
Tak ada lagi kata-kata yang terdengar
Tersisa ego yang ingin terlihat gagah

Orang-orang hanya melihat sembari mencibir
Seolah benar sendiri, seolah hebat sendiri
Tak peduli orang jungkir balik bersama getir
Kenapa sulit sekali hidup di kefanaan ini?

2 thoughts on “Hidup di Sore yang Fana”

  1. Mereka hanya memandang, tak mengerti perjuangan
    Padahal ada ikhtiar dan doa yang terus dilantunkan ke langit.
    Ah, mungkin mereka ditakdirkan hanya mencibir.
    Seperti halnya pohon yang terus diterpa angin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *