pameran-lukisan-gugat-purbalingga
Catatan Kecil

Pameran Tunggal Bowo Leksono “Gugat”; Pameran Lukisan yang Berbicara Lantang!

Yes! Ulasan pameran lukisan ini memang berstatus latepost. Telat banget. Tapi, AkuBangkit tetap merasa cerita Pameran Tunggal Bowo Leksono “Gugat” tetap harus diunggah di blog.

Alasannya? Pertama, karena melalui blogpost semacam inilah, AkuBangkit bisa memberikan apresiasi atas keberanian berkesenian hingga level pameran.

Dan, di tengah kian riuhnya pameran seni rupa di Purbalingga, ulasan gaya-gayaan ini bisa menjadi cara paling effortless untuk menggaungkan spirit berkesenian.

Nah, alasan yang kedua, ya karena ini adalah pameran lukisan perdana Bowo Leksono. Biasanya, Kang Bowo identik dengan dunia teater dan film. Jadi, pameran ini sejarah banget.

AkuBangkit bisa main ke pameran ini pas hari terakhir. Dan, cuma sebentar. Meski begitu, tetap bersyukur bisa main ke event ini.

Sebelum ngobrol banyak, AkuBangkit mau disclaimer dulu yah. Kalau ulasan ini nggak memakai sudut pandang teknis melukis loh yah. Tapi cuma pengalaman rasa. Hihi.

poster-pameran-lukisan-bowo-leksono-purbalingga

Sekilas tentang Pameran Tunggal “Gugat”.

Pameran Tunggal Bowo Leksono “Gugat” digelar pada 10-12 Maret 2023 di Aula Gedung DPD Golkar Purbalingga.

Galeri Sudihardjo Bukateja menampilkan 15 karya lukisan dari Bowo Leksono. Lukisan ini dibuat dalam beberapa bulan terakhir.

Oh iya. Mbok ada yang belum tahu. FYI nih. Galeri Sudihardko Bukateja itu semacam galeri pribadi Bowo Leksono yang ada di rumahnya.

Oke lanjut. Seperti judulnya, kalau datang ke pameran ini, kamu akan dengan mudah bertemu dengan sebagian masalah sosial di Kabupaten Purbalingga.

Apa saja masalah sosial di Purbalingga, yang diangkat dalam lukisan? Di antaranya sampah, kerusakan jalan, konversi lahan, hak-hak buruh, proyek mangkrak hingga korupsi.

Oh, iya. Sebagai pelengkap pameran, ada juga dua instalasi seni rupa dari Komunitas Peluk & Kiss. Yang mana, masing-masing berjudul Bungkam dan Gon Demit.

Bagaimana AkuBangkit Melihat Pameran Lukisan Ini?

Melihat karya-karya seni rupa di pameran lukisan ini sangat mudah. Jujurly, seperti sedang menyaksikan ilustrasi deretan headline. Tajuk yang gahar.

Tema masing-masing lukisan sangat kuat. Biasa jadi kembang lambe. Mudah dipahami pesan dan konteksnya.

Dari semua lukisan, mungkin hanya “Embung Wurung” yang nggak familiar bagi wong Braling. Karena, isunya sudah agak wurung sih, kendati fenomenal di zamannya.

Jadi, seharusnya para netizen yang suka berkomentar tentang Kota Perwira, datang ke pameran ini. Bahkan, mendedah karya-karya ini dengan tajam.

pameran-lukisan-bowo-leksono-gugat-purbalingga

Pameran Lukisan yang Sangat Ekspresif.

Jika melihat pameran lukisan yang selama ini di Purbalingga, hadirnya Pameran Tunggal “Gugat” seperti dobrakan yang sangat keras.

Lukisan yang selama ini erat dengan nuansa indah nan elegan, tiba-tiba muncul dengan gaya dan tema yang straight. Tanpa tedeng aling-aling.

Tapi, kalau pelukisnya itu adalah Bowo Leksono, sebenarnya AkuBangkit merasa nggak aneh-aneh amat. Karena, Kang Bowo memang begitu.

Kenalin Nih: Motor Listrik Purbalingga Bralink EV-1 Sudah Luncurkan, Nih AkuBangkit Ceritakan Rasanya Naik Sepeda Motor Listrik van Braling

Jiwa aktivisme yang kritis dan radikal, selalu mewarnai karya-karya Bowo Leksono. Baik itu di dalam jagat teater maupun film. Dan, sekarang adalah lukisan.

Seolah, dari pameran ini, Bowo ingin menegaskan bahwa seni adalah sebuah media. Bukan tujuan. Bukan panggung semata.

Dan, nilai yang mewujud dalam prinsip ataupun sikap adalah mata pisau paling penting dalam berkesenian.

Hmm, melihat karya lukisan yang bernas di pameran “Gugat”, seperti sedang membaca karya puisi dari Widji Thukul.

pameran-lukisan-bowo-leksono-gugat-purbalingga

Pentingnya Kebaruan Point of View.

Namun, kedekatan tema dan personal branding Bowo Leksono itulah yang menjadi tantangan sebenarnya. Bukan kualitas teknis ataupun style melukis.

Menurut AkuBangkit, pameran lukisan “Gugat” ini bukan hanya soal keberanian pameran. Akan tetapi juga tentang kebaruan sudut pandang dan sikap atas masalah sosial yang ada.

Sayangnya, ulasan isu pertema terasa belum cukup mendalam dan menawarkan kebaruan. Narasi lukisan pun belum dimanfaatkan sebagai senjata yang trengginas untuk membedah isu.

Semestinya, Bowo Leksono mampu menawarkan kebaruan POV ketika mengusung tema di kanvas.

Interpretasi yang lebih tajam. Sehingga, akan banyak penikmat karya yang tergelitik pemikirannya.

Yah, seperti saat kamu nonton film pendek Banyumasan. Temanya sederhana dan dekat, tapi tetap menyegarkan.

Setelah melihat semua lukisan, nggak banyak lukisan yang memberikan efek wow bagi AkuBangkit. Mungkin, yang berhasil hanya “Buruh Tak Sejahtera” dan “Embung Wurung”.

Sebuah Penutup.

Ketika ngobrol di Podcast Spik Sana Spik Sini, Bowo Leksono mengaku merasa sudah kehilangan power-nya.

Tapi, jika melihat medium kesenian yang baru ini, sepertinya statemen di atas tadi itu nggak relate lagi. Tapi, siap dengan dampak politiknya ya, kang? Hihi.

Ah, menyenangkan bisa melihat karya lukis dari Purbalingga. Selamat untuk Pameran Tunggal Bowo Leksono “Gugat”! Apalagi sebagian lukisan udah diborong pengurus dan fungsionaris DPD Partai Golkar Purbalingga saat pembukaan pameran.

Btw, kamu pernah main ke pameran lukisan? Boleh dong share di kolom komentar tentang pengalaman kamu melihat lukisan-lukisan yang “berbicara”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *