travel blogger indonesia
Catatan Kecil

Seperti Ini Rasanya Menggunakan Empat Moda Transportasi Publik Berbeda dalam 24 Jam Perjalanan Jawa – Papua

Tidak menyangka aktivitas awal tahun 2020 bakal diramaikan dengan perjalanan ke luar kota, untuk beberapa urusan yang berbeda. Beberapa kali bolak-balik working trip ke Indramayu dan Cirebon di Bulan Januari, kemudian terbang ke Sorong di Bulan Februari.

Mulai dari perjalanan yang ditempuh secara ramai-ramai hingga sendirian benar-benar terwujud. Kadang merasa, diri ini bukan seorang pekerja pemburu rupiah melainkan seorang traveler yang kebetulan sedang bekerja. Ini adalah pengalaman yang luar biasa.

Gong dari bekerja sekaligus traveling ini ada di pekan akhir Januari dan pekan awal Februari 2020. Dalam dua pekan itu, aku mendatangi empat kota, tiga provinsi dan dua pulau. Yakni, Indramayu, Cirebon, Jakarta dan Sorong. Mantap yah. Heuheu.

Banyak sekali yang bisa diceritakan working trip bertema #WorkHardPlayHard di awal 2020 ini. Tentu saja. Walau begitu, di blogpost kali ini, aku pengin cerita tentang pengalaman naik moda transportasi publik yang berbeda dalam satu hari. Iya, satu hari!

Perjalanan satu hari ke banyak kota dengan berbagai moda transportasi publik ini terjadi di Sabtu 1 Februari 2020. Waktu itu, aku sedang persiapan untuk terbang ke Sorong via Bandara Soekarno Hatta di Minggu 2 Februari 2020 dini hari. Sementara hari Sabtu aku masih di Cirebon.

Aku check out dari Verse Hotel di Cirebon, sekitar pukul 09.00. Perjalanan dimulai dari kunjungan mendadak ke Rumah Rengganis di daerah Ciperna. Perjalanan yang diniatkan sebagai silaturahmi sekaligus menunggu pemberangkatan kereta api dari Stasiun Kejaksaan.

Baca Juga Dong: [Ulasan] Bingung Mencari Rekomendasi Hotel di Cirebon yang Harga Terjangkau tapi Fasilitas Oke, Tenang Ada Verse Hotel Cirebon!

Meliuk-liuk di Jalanan Cirebon dengan Gojek

Setelah telepon Si Empunya Rumah Rengganis, demi memastikan doi di rumah, aku langsung pesan ojek online di aplikasi Gojek. Jarak tempuh menuju Rumah Rengganis sekitar 20 menit, sementara matahari terus menebar teriknya di bumi Cirebon.

Memilih ojek online menjadi keputusan jitu. Walaupun jalurnya nggak terlalu padat kendaraan, namun menggunakan ojol memudahkan manuver menembus sekat-sekat mobil dan truk yang melintas di jalanan. Perjalanan lebih cepat.

Berdasarkan pengalaman sebelum berangkat, ojek online dari Gojek juga kembali menjadi pilihan untuk pergi menuju Stasiun Kejaksan. Jarak tempuh kembali sekitar 20 menit. Masih dengan terik matahari. Namun hati adem karena sudah silaturahmi.

stasiun kejaksan cirebon

Jug Ijag Ijug bersama Kereta Api yang Ontime

Kali ini aku naik KA Gaya Baru Selatan. Tiket sudah dipesan dari kantor. Aku tinggal cetak karcisnya di Stasiun Kejaksan. Mudah banget. Perjalanan Cirebon menuju Stasiun Gambir direncanakan sekitar tiga jam. Lumayan buat ngaso dan tidur.

Sekarang ini kereta api sudah menjadi transportasi publik primadona para pelancong. Baik dari kereta level luxury hingga level ekonomi sekarang sudah bersih dan menenangkan. Nyaman lah. Dan, yang paling penting adalah on time.

Yes! PT KAI berhasil membuat jadwal datang dan berangkat kereta api sudah on time alias sesuai jadwal. Dengan perubahan layanan yang sangat signifikan ini, nggak heran ya susah banget dapat kereta di akhir pekan, bila nggak pesan jauh-jauh hari. Apalagi kalau pas mudik yah. Hihihi.

bus damri stasiun gambir - bandara soekarno hatta

Menikmati Nyaman dan Nyes di Bus Damri

Ini kali pertama naik bus Damri dari Stasiun Gambir ke Bandara Soekarno Hatta. Biasanya mampir-mampir, jadi nggak pernah langsung naik bus yang tujuannya memang dikhususkan bandara ini. Makanya, penumpang bus Damri ini ya pasti mau terbang naik pesawat.

Bus Damri ini nggak seperti bus pada umumnya di terminal. Untuk naik bus ini, kamu harus membayar tiket di loket khusus. Tenang, antriannya nggak panjang kok. Harga tiketnya cuma Rp 50 ribu perorang. Pas naik, cukup scan barcode tiket, lalu selamat menikmati perjalanan.

Di bus Damri menuju bandara ini, perjalanan sangat nyaman. AC menyala dengan baik, malah aku sampai kedinginan. Sopir bus juga bertugas dengan baik. Yang penting, hati-hati saat turun di bandara. Jangan salah turun terminal ya, sebab jarak terminalnya bisa berjauhan.

batik air jakarta - sorong

Membelah Langit Indonesia dengan Batik Air

Perjalanan terbang menuju Bandara DEO di Sorong adalah perjalanan udara paling uwedan serta paling lama durasi terbangnya. Aku naik Batik Air tanpa transit ke Sorong. Take off jam 00.30 WIB kemudian landing jam 06.30 WIT. Baru pernah sejauh ini. Joss.

Walaupun melelahkan, terbang menggunakan Batik Air ini cukup menenangkan. Bisa istirahat dengan baik. Bisa makan menu yang enak. Dan yang paling penting, bisa mendarat dengan aman dan bahagia di Sorong, tentunya.

Penerbangan menuju Sorong ada beberapa jadwal dan rute. Mulai dari yang ekonomi sampai kelas atasnya ada. Ada yang langsung, ada juga yang transit ke Makasar. Harganya juga sudah tentu saja beda. Yang pasti, selalu ada wisatawan asing di penerbangan menuju Sorong. Plesiran men!

Baca Yuk: Wahai Pemuja Diskonan, Ini Empat Hal yang Bikin Harga Batik Nggak Pantas Dinego

Itulah empat moda transportasi publik yang berhasil aku gunakan dalam rentang waktu 24 jam perjalanan. Yup. Sudah pasti perjalanan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apalagi, dalam perjalanan itu aku bertemu teman lama dan juga orang-orang baru.

Ya kalau 24 jam ganti-ganti kendaraan, jelas capek dong. Tetapi, capek itu teratasi dengan ketepatan waktu tiap moda transportasi publik itu. Sekaligus pengalaman asik dan nyaman yang dihadirkan selama berkendara. Alhamdulillahnya lagi, aku nggak ketemu adegan menunggu dan delay sih.

Sebenarnya, kalau dihitung dengan pengalaman perjalanan secara total dalam dua pekan itu, bisa dibilang aku berhasil mencapai rekor menikmati perjalanan darat, udara dan laut! Sangar banget mbokan.

Ini karena pas di Sorong, aku juga menggunakan speedboat ke Raja Ampat. Kalau di Raja Ampat, speedboat ataupun perahu motor memang sudah jadi moda tranportasi publik. Nah, pas aku ke sana, speedboatnya sudah dicarter. Tapi, tetep rekor kan? Hihihi

Nah, kalau kamu, punya pengalaman asyik apa nih ketika menggunakan transportasi publik? Boleh dong dishare di kolom komentar.

4 thoughts on “Seperti Ini Rasanya Menggunakan Empat Moda Transportasi Publik Berbeda dalam 24 Jam Perjalanan Jawa – Papua”

    1. Iya, petualangan yang nggak terbayangkan. Dan, diawal tahun pula. Jadi penasaran rasanya main ke Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Hehehe. Dirimu juga bersiap rekor menyambut si jabang bayi. hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *