Ketika jadwal Konser Ambyar “The Godfather of Broken Heart” bersama Didi Kempot di Purbalingga Fair 2019 resmi rilis, aku memantapkan niat untuk ikut nonton pentas ndangdut ini. Pokoke nonton!
Penyebab utamanya karena penasaran. Jelas. Setelah nonton lengkap program Ngobam Didi Kempot yang diunggah Gofar Hilman di Youtube, nggak mungkin aku melewatkan momen nonton langsung Didi Kempot.
Apalagi, setelah itu, aku juga nonton video-video konser Didi Kempot di berbagai kota, yang juga diposting lewat Youtube, jelas rasa penasaran ini semakin menjadi-jadi.
Aku memang bukan pecinta musik campursari, bukan juga pembenci. Ya, biasa saja lah. Tapi rasa penasaraanku terpantik oleh fenomena meledaknya Didi Kempot di tengah gempitanya kehidupan Kaum Milenial.
Dan, aku merinding betul waktu Didi Kempot nyanyi lagu-lagu hitsnya selepas ngobrol bareng Gofar Hilman. Ratusan mungkin ribuan anak muda, hafal lirik dan nyanyi bareng Didi Kempot. Kayak koor.
Aku ya nggak menyangka, anak-anak muda yang kuliahan dan kerja itu begitu menikmati lirik dan lagu-lagu Didi Kempot yang penuh cerita patah hati. Aku kira, lagu campursarian nggak ngetren segitunya.
Seolah-olah, mereka semua adalah barisan patah hati. Orang-orang yang memendam rasa sakit ditinggal gebetan, ditinggal pacar atau ditinggal bojo. Saking remuknya hati, hanya bisa njogedi patah hatinya itu.
Baca Ini Dulu: Didi Kempot menjadi The Godfather of Broken Heart, Benar-benar Fenomena yang Njogedable Banget!
Bagaimana dengan Konser Ambyar “The Godfather of Broken Heart” bersama Didi Kempot di Purbalingga Fair 2019, 21 Desember 2019? Ya ramai banget. Kayaknya Stadion Goentoer Darjono penuh. Penuh sesak.
Didi Kempot sih bilang keramaian itu memecahkan rekor jumlah penonton konser ndangdutnya. Nggak tahu itu beneran atau malah kalimat penghibur sekaligus penyemangat penonton. Heuheuheu.
Aku nonton sendirian. Wis pokmen kaya pendekar. Datang sebelum acara dimulai. Sambil hitung-hitung nonton stand-stand yang ada di Purbalingga Fair 2019.
Oh iya. FYI yah, buat yang belum tahu saja nih. Didi Kempot datang dalam rangka meramaikan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga ke 189 Tahun. Jadi, semacam puncak acara gitu.
Oke. Dari nonton konser Didi Kempot di Purbalingga ini, ada tiga hal yang aku dapatkan. Apa saja yang aku dapatkan ketika aku menjadi Sobat Ambyar, yuk simak ulasannya ini.
Konser Ambyar Didi Kempot di Purbalingga benar-benar diserbu ribuan milenial.
Seperti halnya banyak konser ndangdut Didi Kempot di berbagai kota di Indonesia, panggung Didi Kempot di Purbalingga juga diserbu anak-anak muda. Baik cowok maupun cewek.
Anak-anak muda itu ada yang datang bersama geng main, geng sekolah bahkan geng grup whatsapp. Tapi ada yang datang bersama pasangannya. Mereka bahkan standby sedari selepas maghrib di depan panggung.
Ribuan anak-anak muda dari Purbalingga dan sekitarnya itu langsung berjoged dengan gayanya masing-masing ketika Didi Kempot nyanyi. Mereka nggak peduli kalau suasana penuh sesak dan sumuk.
Mereka begitu menikmati lagu-lagu hits Didi Kempot. Seperti Cidro, Sewu Kutho, Layang Kangen, Banyu Langit sampai dengan Kalung Emas. Semua begitu ambyar!
Baca Juga Boleh: Pengendara Cewek yang Suka Menebar Hoax
Konser campursari ala Didi Kempot yang lebih terasa seperti paduan suara hati yang ambyar.
Ternyata seperti kata temenku saat mau bikin Kopi Merdeka 2019, kalau konser Didi Kempot itu sekarang lebih pada semangat nyanyi bareng dibandingkan njoged bareng. Hal itu terbukti.
Didi Kempot hanya ngomong “Wis samestine…” atau kutipan reff lagu-lagunya yang lain, ribuan penonton langsung menyambutnya dengan kalimat lanjutannya. Sudah mirip paduan suara.
Sudah dipastikan sepanjang lagu, penonton terus bernyanyi. Mereka hapal betul. Ada yang menyanyikannya dengan terus berjoged. Ada yang ikut bernyanyi sambil malu-malu. Ada yang sambil teriak-teriak.
Seakan-anak mereka sedang bercerita begitu remuk hatinya dan lagu-lagu patah hati Didi Kempot lah yang bisa menggambarkan betapa hancur dan ambyarnya hati anak-anak muda ini.
Aku juga ikutan nyanyi-nyanyi dong. Meskipun nggak begitu apal semuanya. Tapi yang sudah pasti nyanyi ya pas ada lagu Sewu Kutho, Layang Kangen dan Banyu Langit dong.
Kalau pengin menikmati feel ambyar di lagunya Didi Kempot, kamu harus pasang mood ambyar.
Ini betulan loh. Aku datang dengan mood ingin nonton Didi Kempot nyanyi. Dan, pas pakai mood itu, aku cuma dapat mood yang biasa aja. Paling ya jadi pengin manggut-manggut aja.
Tapi, pas aku memasang mood ambyar seambar-ambyarnya hati, aku begitu menikmati lagu-lagu Didi Kempot. Aku terbawa suasana yang sangat menyenangkan. Aku merasa begitu patah hati, tapi nggak sedih, nggak baper.
Ya, lebih mirip lega lah. Lega karena semua rasa patah hati yang tersimpan di hati, jadi lepas begitu saja. Menguap bersama energi negatif yang menyelimuti hati sepanjang 2019 ini.
Makanya, aku cukup heran dengan banyak orang yang nonton bersama pacarnya. Apa coba asiknya nonton Didi Kempot kalau dalam kondisi hati yang bahagia tanpa remuk menghuni hatinya?
Baca Yuk: 5 Lagu Lawas yang Bikin Kamu Bisa Semakin Galau & Baper Ketika Hujan Turun
Itulah tiga hal yang aku dapatkan ketika menjadi Sobat Ambyar di Konser Ambyar Didi Kempot di Purbalingga. Pengalaman nonton dangdut yang luar biasa.
Sehabis selesai nonton langsung Didi Kempot nyanyi di Purbalingga, selama sekitar 90 menit, aku nggak merasa baru nonton panggung dangdut. Tapi aku lagi nonton maestro.
Rasanya berbeda banget. Kalau pas nonton panggung dangdut biasa, ya cuma bisa menikmati permainan kendang alias ketipung. Tapi pas nonton Didi Kempot, aku merasa menikmati tiap lirik yang sederhana tapi patah hati banget.
Tahun 2019 ini, dapat dua pengalaman yang asyik waktu nonton musik di Purbalingga. Yakni nonton Gigi Band di Alun-alun dan Didi Kempot di Stadion Goentoer Darjono.
Btw, kamu nonton juga panggung Didi Kempot? Pernah mengalaman rasa yang sama kayak aku? Boleh dong share di kolom komentar. Yuk share yuk.
Yang jadi pertanyaanku, itu pas dirimu ikutan nyanyi Sewu Kutho, ikut baper apa enggak?
Jangan bilang sampai baper tingkat dewa juga. Hahaha
Pokmen jadi sobat ambyar dalam satu malam lah. Lumayan hiburan di tengah target tutupan tahun. Hehehe
Maca tulisane Mas Bangkit…
Kebayang joged ambyarree…,…
Hahahaha…..
Pokoke lah, ora tidokan. Pokoke joged, pokoke joged. Hehehe