Oke. Kali ini ngobrol sesuatu di luar wisata dan kuliner yah. Buat penyergaran feed blog dulu lah. Hehehe. Yah, hitung-hitung sambil menunggu materi dolan yang baru.
Untuk posting kali ini, aku pengin mengulas tentang hoax alias berita palsu. Tenang, aku nggak mau bahas soal detail teoritis tentang hoax dan kontestasi politik beberapa waktu ini kok.
Aku cuma pengin berbagi tentang kenapa orang suka banget menyebar luaskan hoax atau kabar palsu. Kayaknya, kita memang perlu memahami motif-motif sharing hoax sebelum menghakimi penyebar hoax.
Terutama, menghakimi penyebar hoax yang memang nggak memahami bahwa dirinya sedang share hoax. Loh, situasi semacam ini sangat mungkin terjadi loh.
Ulasan hoax yang mau aku tuliskan ini pernah aku bagikan lewat program workshop dari Indonesia Mulia, beberapa bulan lalu. Siapa tahu kalau dituliskan di sini bakal lebih bermanfaat kan.
Sudahkah Kamu Berbagi Hoax Hari ini?
Bisa jadi kita ini sudah pernah berbagi berita palsu loh. Mungkin bukan hoax yang serius sampai menjadi kasus pidana. Tapi berbagi informasi asal copy paste dari ‘grup sebelah’ juga berisiko berbagi berita bohong loh.
Apalagi kalau kita nggak tahu menahu darimana sumber berita itu. Sama sekali nggak melakukan cek dan ricek atas informasi yang dibagikan di media sosial.
Parahnya bahkan nggak membaca info secara lengkap, langsung share. Eh, pas ada yang tanya “itu informasi dari siapa”, malah ngeles. Ujung-ujungnya ngomong, “nggak tahu, cuma copas dari grup sebelah”. Hmm.
Karena itulah, kita harus hati-hati dalam berbagi informasi. Apapun itu informasinya. Serius ataupun bercanda. Religius ataupun berita up to date. Tetap harus berhati-hati.
Hayuk Baca Juga: Pengendara Cewek yang Suka Menebar Hoax
Pantas Menaruh Curiga dengan Indikasi Ini.
Karena itulah, kita ini harus selalu skeptis atas berbagai informasi yang dibagikan di media sosial. Aku lagi menyarankan untuk curiga loh yah, bukan nyinyirin apapun yang dibagikan teman atau saudara.
Setidaknya ada beberapa clue yang bisa jadi penanda bahwa informasi yang dibagikan di media sosial itu pantas diragukan kebenarannya. Yakni di antaranya;
Pertama. Ada tulisan “Sebarkanlah”, “Teruskan, Jangan Berhenti di Anda” “Viralkan” ataupun sejenisnya. Kalau menemukan yang semacam ini, sebaiknya jangan langsung ikut share yah. Cek dulu.
Kedua. Ditulis dengan judul yang berlebihan. Wah ini seringnya kita. Baru baca judul, langsung share aja. Mending baca dulu isinya. Siapa tahu kan cuma judul bombastis, ternyata isinya mbelgedes.
Keempat. Sumber berita meragukan. Yang dimaksud link berita. Lihat baik-baik sumber linknya apa. Dari link itu kelihatan kok kredibilitas sumbernya. Bisa jadi itu berita yang dibuat untuk menaikkan traffic.
Kelima. Yang berbagi informasi, nggak memahami isinya. Ini juga sering terjadi di grup-grup whatsapp. Jangan ditiru yah. Kasihan juga yang baca, kalau ternyata info yang dibacanya ‘adol jere kulak ndean’.

Hm, Apa Sih Penyebab Orang Suka Berbagi Hoax?
Sebenarnya banyak yang faktor penyebab orang menjadi suka berbagi berita bohong alias hoax. Tetapi, aku cuma mau share beberapa alasan saja yah.
Faktor-faktor yang aku sarikan dari berbagai sumber ini ada benarnya juga. Menurutku, meskipun terkesan sederhana, tetapi faktor ini bisa jadi pemicu utamanya sih.
1. Perasaan bangga menjadi yang pertama.
Siapa juga yang nggak bangga menjadi orang yang pertama tahu dan pertama cerita. Orang yang pertama cerita akan jadi pusat perhatian kan.
Apalagi di era media sosial yang serba cepat ini. Kecepatan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Buktinya, media online juga berebut menjadi yang tercepat berbagi informasi kan.
Terlebih lagi kalau orang itu suka dengan sesuatu yang sensasional. Sudah tentu kan, langsung klik “share” aja kalau sudah baca judul-judul yang penuh sensasi. Sampai lupa itu berita benar atau hoax.
2. Hobi berbagi tetapi malas banget baca.
Alasan ini kerap menjadi kambing hitam tersebarnya hoax di berbagai ulasan. Terlebih kalau ulasan itu membahas gencarnya hoax di negara seperti Indonesia ini.
Negara yang dinilai lebih kuat budaya lisannya dibandingkan budaya baca dan tulisnya. Sehingga, orang Indonesia itu seneng banget bergosip tanpa mengonfirmasinya.
Nggak ada budaya membaca informasi secara lengkap, apalagi melakukan konfirmasi atas informasi itu. Eh, konfirmasi itu nggak harus ke narasumber langsung, yang bisa jadi nggak dikenal loh yah.
Tetapi bisa cek dan ricek ke sumber informasi lain. Seperti buku-buku di perpustakaan ataupun media online lainnya. Semua sumber referensi itu mudah diakses kok. Yakin lah.
3. Nggak kenalan sama hoax
Bisa jadi malah nggak mau kenalan dengan hoax. Maksudnya, mengenal apa arti hoax dan ancaman hukum jika berbagi berita bohong loh yah. Kalau memahami tentang hoax kan bisa jadi lebih bijak dalam bersikap.
Yang ada cuma memahami lapisan permukaan hoax saja. Tetapi nggak mau mengenal apa tanda-tanda berita palsu dan bagaimana menyikapinya. Pahamnya ya cuma share.
Huft. Kira-kira itulah yang aku pengin bagikan tentang hoax alias berita bohong. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Meskipun, tampaknya bakal susah untuk memberantas penyebaran berita palsu di lingkungan kita. Terlebih dari tangan orang-orang tua yang baru saja belajar bersosialisasi di media sosial.
Tetapi nggak apa lah. Yang penting generasi depan lebih memahami apa dan bagaimana mengatasi hoax alias hoaks ini.
Kamu punya cara untuk mengatasi penyebaran hoax? Yuk berbagi ide kamu. Siapa tahu bisa jadi referensi untuk teman-teman pembaca yang lainnya. Yuk share di kolom komen.
Foto Sumber Pexels.com
paling banyak diantara kita hanya suka membaca judul, langsung saja kita share..disitulah awal terjadinya HOAX hehehe
Betul pak bro. Malas membaca bisa jadi berbahaya.
Penanggulangan berita hoax yang menyebar, langsung saya report itu beritanya. Terus akunnya saya blokir. Kejem amat ya akuuh? Ya, mending gitu daripada melihat berita hoax, yang mending aku blokir sisan.
Kebanyakan mereka yang sebar berita ingin terkenal atau menjadi trendsetter tentang berita, jadi enggak cek and ricek dulu sebelum share. Berita apa aja, langsung emnat abiss
Nggak jahat lah. Itu bentuk ketegasan lah.
Parahnya, kadang justru orang yang berpendidikan yang nyebarin hoax. Males banget kalo ada grup WA terus nyebarin screen shot yang cuma separo yang keliatan. Udah gitu pas saya konfirm ke yang ngeshare, dengan enteng bilang dari grup sebelah. Jalan terkhir adalah keluar dari grup. Dah itu sajah…
Iya kang. Malah ada orang berpendidikan beralasan kalau nyebarin info hoax nggak masalah, karena dalam kondisi melawan situasi yang jauh lebih buruk dibandingkan hoax. Hoax dilawan hoax. Semoga situasi macam ini cepat kelar.
Terlalu mudah percaya tanpa mencari kebenarannya dulu, trus langsung share.
Pemakai smartphone yang tidak smart…
Iya. Seolah semua informasi yang ada di media sosial dan internet itu bener. Padahal belum tentu juga.