Pukul enam pagi di 6 Februari 2020 baru saja berlalu, beberapa puluh menit yang lalu. Teh hitam di mug putih dan roti mentega menjadi teman memandangi aktivitas Pelabuhan Rakyat di Sorong, Papua. Kantuk masih saja menghinggapi, tetapi semangat berpetualang lebih menyala.
Aku dan Mas Wasis Setya Wardhana sengaja tidak tidur alias ronda demi petualangan di awal Februari 2020 itu. Takut bangun kesiangan. Jangan sampai, petualangan ke Raja Ampat sangat sangat sangat sayang sekali kalau dilewatkan. Apalagi hanya karena alasan kerainan. Oh no banget!
Rencana traveling ke Raja Ampat sejatinya bukan rencana ngodor yang harus diwujudkan. Ya, meskipun terlalu banyak orang yang memprovokasi dengan bilang “Lah sudah sampai Sorong, nanggung kalau nggak sampai ke Raja Ampat!”. Heuheuheu…. Provokasi yang logis.
Ya jelas dong. Pertama, Jawa ke Papua itu jauh men. Terbang pukul 00.30 WIB dari Bandara Soekarno Hatta, pesawat Batik Air kami baru bisa mendarat di Bandara DEO Papua pukul 06.00 WIT. Terbayangkan betapa panas landasan duduk di kursi pesawat. Kedua, jelas soal biaya. Hihihi.
Tetap saja kan. Perjalanan ke Sorong adalah working trip. Tujuan utamanya juga bukan Sorong bagian kota. Melainkan wilayah Kasim dimana kilang Pertamina Refinery Unit VII berada. Jadi, ketika mendarat di Sorong , 2 Februari 2020 kemarin, sudah jelas kalau fokusnya adalah kerja.
Terlebih, tempat yang harus didatangi kali ini berjarak sekitar 2,5 jam perjalanan darat dari Sorong. Harus menembus hutan dengan jalan tanah yang dipadatkan dan berdebu. Dengan situasi seperti itu, sudah tentu rencana wisata untuk menikmati keindahan Raja Ampat sudah tentu tidak prioritas.
Baca Juga Yuk: Seperti Ini Rasanya Menggunakan Empat Moda Transportasi Publik Berbeda dalam 24 Jam Perjalanan Jawa – Papua
Namun, rezeki memang nggak kemana. Pekerjaan yang dijadwalkan empat hari, malah tuntas dalam waktu tiga hari kerja. Mimpi berpetualang ke surga dunia di Papua Barat pun kembali menyala. Persiapan sigap langsung dilakukan.
Selasa malam cari info paket wisata dan biaya ke Raja Ampat. Syukur-syukur bisa dapat promo liburan ke Raja Ampat kan. Rabu pagi booking untuk trip di Kamis pagi. Lalu, Rabu malam langsung menempuh perjalanan darat ke Sorong.
Sekarang Waktunya Cerita tentang Wisata Raja Ampat!
Eh, by the way. Raja Ampat itu nama kabupaten di Papua Barat loh yah. Lokasinya berada di bagian barat Kepala Burung Pulau Papua. Jadi, Raja Ampat itu Bukan nama satu destinasi. Melainkan nama kabupaten kepulauan.
Iya. Kabupaten Raja Ampat memang punya banyak pulau. Yang mana, setiap pulau itu bisa berjarak 30-60 menit perjalanan perahu. Jadi, warganya kalau mau bikin KTP ke kantor kabupaten ya harus naik perahu. Mau membayangkan rasanya jadi warga Raja Ampat?
Meskipun suguhan utamanya snorkling, diving dan destinasi selfie, setiap pulau menyuguhkan keunikannya masing-masing. Kalau menurut info Wikipedia, empat pulau terbesar Raja Ampat yakni Pulau Waigeo, Batanta, Misool dan Salawati.
Tapi, bisa dibilang, semua pulau-pulau di Raja Ampat sangat indah. Pasir putih dan air laut yang bening sampai tembus pandang ke dasar laut adalah sajian “wajar” di Raja Ampat. Jadi, nggak heran kalau di Raja Ampat mudah banget melihat ikan warna-warni dan karang yang amazing banget. Semua destinasi wisatanya juga sudah pasti instagramable!
Sebenarnya, Raja Ampat punya banyak banget kekayaan alam laut dan destinasi wisata unik. Tetapi, one day trip kali ini Raja Ampat aku hanya bisa menikmati Piaynemo, Telaga Bintang, Pantai Timbul dan snorkling. Dari destinasi itu, cuma bagian berenang saja yang nggak bisa aku nikmati 100%. Heuheu.
Keindahan Alam Raja Ampat yang Benar-benar Luar Biasa!
Oh iya. Aku ikutan one day trip bareng @jalanjalanrajaampat, bersama 10 orang lainnya. Hampir setiap hari penyedia jasa wisata ini mengantarkan wisatawan domestik dan asing ke Raja Ampat. Karena konsepnya one day trip, jadi kami berangkat pagi pulang sore. Petualangan satu hari.
Menurutku, konsep one day trip ini cocok banget untuk pelancong yang berwisata dengan tujuan mengisi waktu sebelum kembali ke kota asalnya. Semacam pekerja macam aku ini lah. Jadi, setelah pekerjaan tuntas dan menunggu jadwal pesawat, bisa deh traveling ke Raja Ampat.
Sebagai informasi ya, umumnya wisatawan ke Raja Ampat itu menginap berhari-hari. Minimal tiga hari lah. Nah, kalau turis asing malah bisa sampai dua pekan berwisata dan menginap di cottage- cottage yang berada di bibir pantai pulau-pulau Raja Ampat.
Aku naik speedboat, tapi nggak masuk ke dalam. Khawatir mabuk laut. Maklum jarang naik perahu jarak jauh sih. Ternyata eh ternyata, keputusan untuk jaga-jaga malah memberikan berkah yang jauh lebih luar biasa.
Guide dan anak buah kapal di trip kali ini menawari aku untuk naik di atap speedboat. Ya jelas aku tolak dong. Faktor utamanya kan karena keselamatan. Mrinding juga mlipir pinggiran speedboat, sementara aku di tengah laut.
“Mbok jatuh. Nggak bisa berenang. Hahaha”
“Tidak apa-apa. Nanti kami pegangi”
“Yakin nih, aman ya?”
Setelah diyakinkan aman, aku memberanikan diri berdiri di tepi speedboat sambil pegangan satu besi memanjang di tepi speedboat. Beneran merinding. Tapi sudah kadung, ya langsung pegangan dan naik ke atas speedboat. Ternyata asik!
Di atas speedboat aku bisa melihat berbagai pulau di Raja Ampat yang nampak indah. Ada pulau yang besar, ada yang kecil. Ada juga yang terlihat seperti satu pulau besar, ternyata ketika semakin dekat justru satu kawasan yang terdiri dari beberapa pulau.
Hampir semua pulau di Raja Ampat berpenghuni, dengan jumlah penduduk yang bermacam-macam. Pemukimannya ada di bibir pantai. Berderet. Di antara pemukiman warga sudah tentu ada cottage. Dari kejauhan saja sudah terbayang nikmatinya menginap di pulau-pulau itu.
Selama perjalanan, laut biru membantang tenang penanda cuaca bagus, membuat hati terus mengucap syukur. Pemandangan yang membentang hingga cakrawala membuat perjalanan tak membosankan. Plus, aku sempat melihat rombongan beberapa lumba-lumba sedang berenang. Amazing, men!
Bonus luar biasanya, aku bisa ngobrol sama anak buah kapal yang bernama Hendrik. Usianya 23 tahun, tetapi sudah nampak lebih tua dari aku. Dia juga punya dua anak. Ia pernah dipenjara, bukan karena kerusuhan di Sorong beberapa bulan lalu, tetapi karena mabuk-mabukan. “Sudah masuk, baru menyesal,” kata Hendrik seraya tertawa.
Aku sempat bikin vlog dengan Hendrik. Meskipun tampangnya sangar, ternyata dia suka senyum juga. Kami banyak ngobrol soal pulau-pulau primadona, kehidupan masyarakat Raja Ampat dan Sorong, susah senang menjadi ABK sampai kebahagiaan Hendrik karena ketemu banyak wisatawan. Sayang suarannya gembrebet, karena angin begitu kencang. Huhuhu.
“Kalau itu namanya Pulau Augusta. Punya orang Italia,” ucap Hendrik sambil menunjuk pulau kecil dengan menara dan pantai yang putih. Pulau itu disewa oleh Augusta dan tidak dibuka untuk umum. Kami hanya melewatinya, tujuan kami masih jauh. Piaynemo.
Destinasi Wisata Hits Raja Ampat yang Aku Kunjungi
Tujuan pertama sekaligus destinasi wisata terjauh dari Raja Ampat adalah Piaynemo. Geosite Piaynemo ini dari jauh terlihat seperti pulau besar, namun ketika semakin dekat justru terlihat dari beberapa gundukan pulau dengan laut berwarna biru!
Speedboat meliuk-liuk memasuki Piaynemo yang instagramable ini. Setelah bersandar di dermaga, kami harus mendaki ke puncak salah satu pulau. Capek sih, tetapi deck “Top of Piaynemo” sudah menunggu. Yang mana dari sana terlihat begitu indahnya jajaran pulau di Piaynemo.
Spot ini terkenal banget! Signagnature! Kalau main ke Raja Ampat, pasti kudu main ke destinasi wisata ini. Nggak Cuma ada di media sosial dengan jutaan like, keindahan alam Piaynemo juga ada diabadikan di uang Rp 100 ribu.
Destinasi kedua yang kami kunjungi adalah Telaga Bintang. Tak sampai 10 menit perjalanan dari Piaynemo. Di destinasi wisata ini, kami juga harus mendaki ke puncak dan kemudian berwisata swafoto. Kali ini dengan background pantai yang meliuk-liuk indah berbentuk bintang.
Setelah itu, kami menuju salah satu pulau untuk snorkling. Tetapi kami mampir dulu ke Pantai Timbul. Ini pantai kecil banget, mungkin sekitar sembilan meter persegi. Pantai ini unik karena ia lebih tinggi daripada laut. Pantai ini akan terlihat kalau cuacanya sedang bagus.
Sehabis puas selfie di Pantai Timbul, kami langsung ke spot snorking. Sayangnya, aku lupa nama pulaunya. Yang jelas, banyak sekali ikan-ikan yang indah dan dasar laut menakjubkan yang bisa dinikmati di sini.
Aku memang nggak ikut snorkling, karena faktor nggak bisa renang. Tetapi aku tetap bisa menikmati keindahan alam yang luar biasa di Raja Ampat ini. Keindahan yang nggak pernah bikin bosan. Pantai-pantai di jawa kalah mempesona.
Penyesalan yang Tersulut Karena Bersandar di Pulau
Kami harus pulang sekitar pukul 16.00 WIT. Perjalanan masih jauh. Sementara menempuh perjalan laut dengan speedboat di malam hari jelas tidak direkomendasikan. Keselamatan tetap menjadi acuan utama dalam berwisata ke Raja Ampat.
Sebelum pulang, kami mengantar empat anggota trip ke salah satu pulau. Mereka hendak menginap di cottage. Sewaktu speedboat bersandar di bibir pantai, aku baru benar-benar sadar kalau Raja Ampat adalah destinasi wisata dunia.
Karena waktu itu, aku melihat cottage-cottage yang tradisional dan terkesan seadaanya serta berada tepat bibir pantai banyak dihuni oleh bule-bule. Ada yang berendam di pantai. Ada yang bersiap berenang. Ada pula yang baru saja memandikan anaknya.
Dan, akhirnya aku merasa menyesal tidak bisa menikmati hari-hari di Raja Ampat. Aku pikir, rasanya akan sangat menyenangkan menikmati keindahan alam dan berinteraksi dengan warga lokal serta turis di Raja Ampat. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan aku nginep di Raja Ampat. Aamiin.
Perjalanan Pulang & Kenangan yang Abadi
Deburan air laut menghantam badan speedboat. Badan sudah lelah. Kulit sudah menghitam. Tetapi perjalanan masih jauh. Kami baru bisa kembali ke Sorong sekitar pukul 18.30 WIT. Jam segitu masih cukup terang.
Ini adalah perjalanan kerja sekaligus perjalanan wisata yang sangat menyenangkan sekaligus tak terlupakan. Karena faktor tempat kerja serta destinasi wisata yang dikunjungi sekaligus juga karena faktor proses yang dilalui sebelum bisa berwisata ke Raja Ampat.
Meski cuma satu hari dan “numpang lewat”, trip ke Raja Ampat begitu luar biasa. Sebenarnya, banyak banget cerita yang bisa dishare, tapi kayaknya sudah cukup panjang yah. Malah kayaknya panjang banget yah. Heuheuheu.
Buat yang tanya itu aku pakai kaos dan topi kece dari mana, itu kaos batik Wayang Suket khas Purbalingga yang dikreasikan sama Galeri Purwita. Termasuk juga topi batiknya. Kalau celana beli di supermarket. Hihihi.
Ya sudah deh. Segini dulu ceritanya. Kalau butuh cerita lebih lengkap lagi, kita ngobrol di kolom komentar yah. Btw, ada ide untuk trip kemana lagi nggak nih?
Great post.
Pengalaman yang menarik, terima kasih atas perkongsian.
Tengkyu.
Interesting article, thanks for the information.
Cantiknya tempat itu. Harap anda baik-baik sahaja dalam keadaan sekarang.
Woy, amazing nih.. perjalanan ‘numpang lewat’ yang meninggalkan kenangan berkesan dan pengen balik lagi ke sana.
Huhuhu, ke sananya waktu pas bener-bener jelang pandemi ya.. untung pas bulan Feb, coba kalau udah Maret 20, udah ketabrak pagebluk dulu. 😀
Tenang saja, suatu saat kelak. hehe