wisata-terbaru-dieng-culture-festival
Catatan Kecil

Petualangan Satu Jam Bapak2 Gabut Memburu Dieng Culture Festival di Negeri Atas Awan. Kamu Harus Baca!

Handphone Vivo andalan memberi notifikasi pesan singkat. Waktu itu sekitar pukul 9 pagi. Isi pesan jelas, ajakan main ke Dieng Culture Festival 2022.

Seorang teman mengajak AkuBangkit untuk main ke Dieng. Tapi, agenda otw wisata Dieng ini star sekitar pukul 5 sore.

Katanya, ingin melihat bagaimana event sudah menguatkan posisi Dieng di mata penggila traveling. AkuBangkit juga penasaran.

Tapi, waktu itu hari Minggu, 4 September 2022. Artinya, Festival Dieng Culture 2022 sudah hampir pasti selesai.

Yah, sudah lah. Siapa tahu, ada remah-remah event Dieng Culture Festival 2022 yang masih bisa dinikmati. Ya kali….

Alhasil, rencana tersusun. Simple aja sih. Berangkat sore, pulang tengah malam. Ke dieng naik motor.

Manusia memang sebatas merencanakan. Pada akhirnya AkuBangkit, Lukman, Vendar dan Kang Rus baru bisa start motoran sekitar pukul 18.00 Selepas Maghrib.

Petualangan Menuju Dieng Culture Festival.

Rombongan dua sepeda motor bebek matic melaju pelan namun pasti. Kami sadar betul ini perjalanan marathon yang nggak perlu ngodor.

Rute perjalanan juga jelas. Purbalingga – Rakit – Banjarmangu – Karangkobar – Kalibening – Batur – Dieng. Rute umum saja.

Kami begitu menikmati perjalanan. Banyak bahan obrolan berhamburan. Mulai dari yang penting sampai nggak penting-penting amat.

Brand Sepatu Lokal : Share Pengalaman: Brand Sepatu Lokal juga Bisa Bikin Setiap Langkah jadi Gagah! Mana Sepatu Favorit Kamu?

Jalan penuh kelokan, sudut gelap tikungan, hingga nuansa agak horor dinikmati semuanya. Seraya terheran-heran; kok bisa merancang jalan berkelak-kelok begini. Heuheu….

Dua motor hitam terus saja melaju. Tak ada istirahat dari awal berangkat. Sampai pada akhirnya bersua dengan SPBU Karangkobar.

Harus ada motor yang ngisi BBM. Selain itu, rasanya memang perlu turun dari motor dan meluruskan rangkaian tulang. Bokonge ya tepos, sluurrr.

kuliner-wisata-dieng-terbaru

Dan, Setelah Itu Masalah Mulai Muncul….

Selepas turun dari motor, hawa dingin menyergap. Jaket-jaket andalan kami tak kuasa melawan alam.

Mungkin, karena jaket kami sepertinya bukan desain yang cocok jadi outfit ke Dieng yang punya hawa dingin. Tapi, karena adanya begitu, ya sudah. Hehehe.

Istirahat seududan, selesai. Motor kembali nyala. Lawan hawa dingin yang mulai menyusup sela-sela kulit. Ngeeeng.

Sampai Pasar Karangkobar, keputusan cepat diambil. Rute berubah. Melihat plang hijau, motor berbelok ambil jalur Batur via Pejawaran.

Ternyata jalanan gelap. Berlika-liku. Walau begitu, kami nggak gentar. Karena, masa iya plang dinas perhubungan bakal bohong.

Jalur Batur via Pejawaran memang gelap, sepi pengendara lain dan ada turunan yang menukik. Tetapi, jalannya halus.

Jadi, kekhawatiran perjalanan malam sedikit berkurang. Asa melihat pesona destinasi wisata Dieng terbaru, pun semakin menyala ketika bertemu dengan Pasar Batur!

Oke Deh, Kita Persingkat Ceritanya.

Hore! Akhirnya, perjalanan kami sampai di Dieng. Tanpa berpikir apapun, para bapak-bapak gabut ini langsung memburu makanan.

Pilihan jatuh ke Mie Ongklok dan Sate Kambing plus Teh Jahe menjadi menu kulineran di Dieng demi membunuh peluang masuk angin.

Apalagi, jam 9 malam itu, badan kami mulai kedinginan. Suhu udara Dieng yang mencapai 14 derajat membikin badan mengigil. AkuBangkit sampai nggak bisa fokus.

Sambil menjajal enaknya mie ongklok yang banyak dijual di Dieng, kami menertawakan diri sendiri. Karena kelucuan (mungkin kebodohan) kami sendiri.

Ya, karena menempuh ratusan kilometer dingin hanya untuk melihat Dieng Culture Festival 2022 “Return of The Light” yang sudah bubar. Hahaha.

mie-ongklok-khas-dieng

Pulang Selepas Selfie di Dinginnya Malam Dieng.

Setelah makan mie ongklok dalam kondisi kedinginan, kami pindah lokasi ke background “Dieng” yang khas di rest area Dieng. Sambil nyeruput wedhang ronde.

Bukan karena sudah puas eksplor wisata Dieng terbaru 2022, tapi karena badan sudah nggak kuat menahan hawa dingin. Tulang membeku.

Wisata Dieng memang luar biasa. Hawa dingin khas Dieng saja sudah berhasil memantik pengalaman hebat dalam berwisata ke Dieng.

Satu jam saja di Dieng, sudah begitu mudah mengingat betapa hawa dingin Dieng memberikan kesan hebat. Kami kedinginan. Haha.

Sampai-sampai, kami langsung lupa dengan tujuan menikmati sensasi Dieng Culture Festival. Baik itu Jazz Atas Awan apalagi festival lampion Dieng 2022. Lupa semuanya.

alun-alun-wonosobo-

Bagaimana Kondisi Jalur Dieng via Wonosobo?

Tapi eh tapi, karena nggak berani lewat jalur Batur dan khawatir kehilangan fokus karena ngantuk, jalur Wonosobo dipilih sebagai jalur pulang dari Dieng.

Berbeda lewat Batur, perjalanan malam dari Dieng ke Wonosobo relatif terang dan ramai pengendara. Baik motor maupun mobil.

Hanya saja, jalur Dieng ke Wonosobo itu terus menurun dan berkelok. Kayaknya lebih dari 9 KM jalan menurun. Jadi, memang harus ekstra hati-hati.

Yah, meskipun pemandangan gemerlap lampu perkampungan di pelukan Sindoro dan Sumbing begitu menawan. Indah banget.

Sesampainya di Kota Wonosobo, yang penuh dengan jalur satu arah, badan kami terasa lemas dan berat. Lelah berduet dengan mengantuk.

Lagi-lagi, kami memutuskan untuk makan. Kali ini ada sate dan kopi hitam di Alun-alun Wonosobo. Hahaha, madhang bae!

Acara Keren Nih: Purbalingga Rock Parade 2022 dan Hal-Hal Nggak Terduga yang Panitia Saja Ikutan Kaget! Yeaaaahhhhh…..

dieng-culture-festival-tahun

Tiga Pelajaran Berharga dari Wisata Dieng.

Memang bisa dibilang petualangan berburu Dieng Culture Festival 2022 agak konyol. Trip yang nggak dimodali dengan pengetahuan jadwal event DCF 2022.

Tapi, berwisata di Dieng selama satu jam versi bapak-bapak gabut ini, memberikan pelajaran yang berharga. Sangat berharga.

Pertama, petualangan yang menyenangkan dan berkesan bisa lahir dari agenda yang nggak direncanakan begitu njelimet. Dan juga karena hal-hal nggak terduga selama perjalanan.

Kedua, di tengah kegelapan dan keterbatasan, selalu ada peluang untuk disyukuri. Misalnya ya traveling ke Dieng ini melahirkan visual gemerlap panorama malam.

Ketiga, kalau mau perjalanan jauh, harap menghitung kekuatan badan. Apalagi untuk orang yang jarang dolan. Heuheu.

Kamu punya cerita ketika berwisata ke Dieng Culture Festival atau sewaktu wisata Dieng secara umum aja deh. Eh, siapa tahu cerita kamu lebih asyik kan. Monggoh bercerita di kolom komentar yah.

7 thoughts on “Petualangan Satu Jam Bapak2 Gabut Memburu Dieng Culture Festival di Negeri Atas Awan. Kamu Harus Baca!”

  1. Huhuhu kangen ke Dieng, apalagi DCF.

    Kalau ke Dieng emang kudu pakai jaket kek yang di Eropaaah sana. 🤣🤣🤣

    Semoga tahun depan bisa menikmati DCF dg terencana, terstruktur, dan epik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *