Beberapa waktu lalu, AkuBangkit ngobrol bareng salah satu pegiat Komunitas Petani Kopi (Kompak) Purbalingga, Ricky Susanto di sesi “Spik Sana Spik Sini” yang live Instagram @bangkitwismo. Kami berdua ngobrol ngalor-ngidul soal industri kopi di Purbalingga, terutama di sektor hulu. Termasuk juga tentang rekomendasi kopi khas Purbalingga.
Bersamaan dengan tumbuhnya trend ngopi di Kabupaten Purbalingga, dalam lima tahun terakhir ini, mendorong pertumbuhan industri kopi. Baik di hulu maupun hilir. Ya, karena para penyuka kopi ini sudah mulai penasaran dan memburu produk-produk kopi khas dari Purbalingga.
Dari sekian banyak tanya dan jawab yang bersahutan, ada tiga hal yang yang teringat oleh otak ini. Yakni tentang semangat petani muda yang kian membara, tentang potensi pertumbuhan Kopi Purbalingga dan tentu saja tentang rekomendasi kopi khas Purbalingga nan nikmat diseruput.
Satu. Semakin banyak anak muda yang bersemangat menjadi petani kopi.
Ricky yang mengembangkan brand Kopi Onthel ini bercerita, sekarang semakin banyak anak muda Purbalingga yang tertarik untuk terjun dalam kancah pertanian kopi. Mereka konsisten mendidik pemilik pohon untuk petik merah, demi menghasilkan produk berkualitas serta bernilai jual tinggi, tentu.
Sekarang ini, masih banyak pemilik pohon kopi yang memilih petik hijau demi mendapatkan uang cepat. Karena menunggu petik merah, butuh waktu tunggu dan waktu merawat yang lebih lama. Sementara kebutuhan harian sudah tak sabar untuk dipenuhi.
Padahal, kalau mau sedikit bersabar, biji kopi merah memiliki harga jual yang lebih tinggi. Selisihnya bisa sampai 50 persen. Biji kopi merah kualitasnya lebih baik dibanding biji kopi yang masih hijau, maka itu banyak pembeli yang mau membayar lebih mahal.
Para petani muda ini, masih kata Ricky nih yah, nggak cuma mendorong pemilik pohon kopi di berbagai daerah di Purbalingga untuk petik merah, juga turut aktif mendorong pengelolaan Kopi Purbalingga yang sesuai dengan pengolahan berstandar SNI dan budidaya lebih modern.
Seiring dengan semangat untuk meningkatkan kualitas kopi khas Purbalingga dari petani-petani muda ini, kualitas kopi-kopi yang dipetik dari tanah Kota Perwira sudah semakin baik. Malah sudah ada grade premium loh. Kompak Purbalingga yakin kedepan, kopi dari Purbalingga kian moncer.
Oh iya, sampai lupa nih. Yang dimaksud dengan petani kopi itu nggak berarti orang-orang yang punya pohon kopi, mencangkul tanah hingga memupuk secara rutin dan memanen kopi pada waktunya. Definisinya lebih luas.
Petani kopi yang dimaknai Kompak ini yakni orang-orang yang terlibat dalam proses pengolahan kopi. Baik dari tahapan menanam, memanen, mengolah biji kopi bahkan juga menyangrai. Jadi, nggak harus punya pohon, yang lebih penting terlibat dalam tahapan di hulu industri kopi. Ini kata Ricky yah.
Kedua. Potensi kopi khas Purbalingga itu luar biasa, apalagi berkaca pada sejarah.
Kompak Purbalingga percaya kalau potensi industri kopi di Kabupaten Purbalingga itu masih lah sangat besar. Sebab, sekarang ini, banyak lahan kopi yang belum diolah secara maksimal atau malah sudah beralih fungsi.
Walaupun trend ngopi belum lama ini bermekaran, Purbalingga punya catatan sejarah yang sangat panjang dalam industri perkopian loh. Konon, pada tahun 1800an alias era penjajahan Belanda, warga dan tanah Purbalingga sudah akrab dengan tanam dan panen kopi.
Dalam catatan Hallewijn dalam Overzigt der Land Beschrijving van Banjoemas in het Algemeen (1831), penduduk Distrik Kertanegara, sudah menanam tanaman kopi. Nah, pada era tanam paksa, Purbalingga yang subur juga jadi bagian dari penerapan kebijakan tanam paksa untuk komoditas kopi, teh dan kina.
Kalau baca artikel Mas Igun yang bergiat di Ruang Kopi Purbalingga yang diunggah di Kompasiana, Data Statistiek der Residentie Banjoemas dari Pemerintah Hindia tahun 1836 menunjukkan bahwa terdapat 10.010 batang pohon kopi yang tersebar di banyak wilayah di Purbalingga.
Konon, jumlah pohon tersebut membuat Purbalingga menjadi produsen kopi terbesar di wilayah Karesidenan Banyumas. Mantap sekali kan.
Namun, sekarang ini, jumlah lahan kopi di Kabupaten Purbalingga terus menurun. Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga menyebut total luas lahan Kopi Robusta mencapai 1.467,8 Hektare, sedangkan pohon Kopi Arabika hanya 57,55 hektare.
Nah, berkaca dengan benang merah sejarah serta terus tumbuhnya bisnis kopi dalam skala kabupaten maupun nasional, Kompak Purbalingga percaya diri dengan potensi kegemilangan kopi-kopi yang berbuah dari tanah subur Purbalingga.
Tanda-tanda kegemilangan itu, salah satunya dengan terus bertambahnya jumlah kopi yang terserap pasar. Mulai dari pasar kedai kopi alias cafe di Purbalingga dan sekitarnya hingga pasar kopi di Bandung dan Jakarta.
Kalau, kawan-kawan bagaimana? Optimis juga nggak nih kayak para petani muda yang berkiprah bersama Kompak Purbalingga?

Ketiga. Lalu ini rekomendasi kopi khas purbalingga yang nikmat disruput.
Setalah ngobrol lebih dari satu setengah jam, inti “Spik Sana Spik Sini” bareng Ricky Susanto, Si Empunya Kopi Onthel ini ya memang soal rekomendasi kopi lokal khas Purbalingga. Yang lain penting diulas, tapi rekomendasi kopi jelas terpenting. Heuheu.
AkuBangkit pernah seruput kopi dari sejumlah wilayah di Purbalingga, tapi masih saja kerap kebingungan kalau ada kawan yang tanya rekomendasi kopi enak dari Purbalingga. Mau kasih rekomendasi, takutnya nggak obyektif. Belum punya ilmu cupping sih.
Apalagi, sekarang ini kan, semakin banyak brand kopi khas Purbalingga yang bermunculan. Hampir setiap desa yang punya pohon kopi, pasti terdapat brand yang mengusung kopi khas desa tertentu di Purbalingga. Kopi Merdeka dan Fesival Kopi Purbalingga jadi saksi merebaknya brand kopi bak cendawan di musim hujan.
Jadi, mumpung ketemu pegiat Kompak Purbalingga, yang memang punya pengalaman dan wawasan lebih, ya langsung saja tanya dung. Jangan sampai lolos dung. Hihihi.
Hmm, sayangnya, Ricky nggak mau kasih rekomendasi kopi secara spesifik. Katanya, nggak enak sama yang lain, mengingat dirinya juga penjual kopi. Duh, duh, duh…. Tapi untungnya Ricky mau memberi gambaran pemetaan kopi khas Purbalingga yang nikmat.
Kata Ricky nih kalau kopi-kopi yang enak, sebaiknya ditanam di ketinggian lebih dari 800-1200 mdpl. Kalau menurut wilayah, yah kawasan utara Purbalingga merupakan tanah yang lebih cocok untuk menghasilkan kopi berkualitas. Seperti Kecamatan Karangreja dan Kecamatan Karangjambu.
Nah, kalau kawan-kawan suka kopi arabica, Purbalingga punya dua jenis kopi arabica yang sangat enak untuk disruput. Yakni ada Kopi Gunungmalang dan Kopi Gunungkelir. Keduanya dari wilayah Kecamatan Karangjambu dan sudah terkenal nikmat!
Jika kawan-kawan suka kopi robusta yang lebih pekat dan pahit, cari saja kopi dari daerah Makam di Kecamatan Rembang dan kopi dari Kejobong yang ada di Kecamatan Kejobong. Mantap betul, mantul!
Sementara apabila kawan-kawan penasaran dengan kopi khas Purbalingga yang menghadirkan rasa gurih ketika disruput, langsung saja cari kopi dari Desa Karangreja (Kecamatan Karangreja), kopi dari Desa Gondang (Kecamatan Karangjambu), kopi dari Desa Sirandu (Kecamatan Karangjambu) dan kopi dari Desa Jingkang (Kecamatan Karangjambu).
Wah ini! Ricky membocorkan beberapa kopi grade premium di Kabupaten Purbalingga, yang pantang untuk dilewatkan. Penasaran?
Cari kopi grade premium dari Purbalingga dikembangkan di Desa Karangreja (Kecamatan Karangreja), Desa Purbasari (Kecamatan Karangjambu), Desa Jingkang (Kecamatan Karangjambu), Desa Gondang (Kecamatan Karangjambu), Desa Sirandu (Kecamatan Karangjambu).
Eh, ada juga kopi grade premium dari wilayah Desa Kejobong (Kecamatan Kejobong) dan Desa Pengadegan (Kecamatan Pengadegan).
Baca Juga Dong: Sedang Mencari Rekomendasi Kafe di Purbalingga? 4 Kedai Kopi Ini Bisa jadi Pilihan Kamu!
Kalau AkuBangkit lebih prefer untuk nyeruput kopi arabica, jadi sudah pasti naksir banget dengan Kopi Gunungmalang dan Gunungkelir yang tumbuh subur di Gunung Slamet. Rasa asam kopi arabica bikin tenang dan menyenangkan untuk disruput pelan-pelan.
Tetapi tetap juga suka dengan kopi robusta di Purbalingga sih. Alasan utamanya, karena kebanyakan kopi dari Purbalingga memang robusta. Namun, alasan lainnya ya karena kopi robusta racikan barista ala cafe selalu bisa bikin pikiran lebih fresh, meski tetap saja nggak ngusir kantuk sih. Hihihi.
Nah, kalau kawan-kawan lebih suka kopi khas Purbalingga yang berasal dari daerah mana nih? Boleh dong share pengalaman kawan seruput kopi-kopi khas Purbalingga. Monggoh, di kolom komentar yah.
Kopi memang masih jadi teman setia banyak kalangan. Ga nyangka sih Purbalingga punya banyak kopi yang harus di coba. Sayangnya kadang jantungnya ga kuat gitu ketika nyeruput kopi. Kopi yang pas buatku apa ya mas? 😀
Apapun bisa. Yang penting jgn berlebihan. Sesuai kekuatan tubuh aja sih kayaknya. Model kopi lokal plus susu ya termasuk ringan. Kayakne ya hehe