Membantu orang atau keluarga yang tidak mampu miskin dan sedang menderita bukan lagi identik dengan tugas lembaga-lembaga filantropi. Sekarang ini, sudah banyak komunitas dan personal yang terjun langsung menjadi pahlawan bagi orang-orang yang membutuhkan. Relawan sosial. Malah banyak banget.
Sering terjadi, komunitas atau donatur personal itu justru lebih gesit dan cepat ketika mendeteksi dan menyalurkan bantuan, dibandingkan lembaga-lembaga sosial yang sudah lebih dulu eksis. Seolah, mereka telah mengasah kanuragan mereka demi meningkatkan kepekaan pancainderanya.
Para relawan tersebut bisa dengan mudahnya menemukan orang yang sedang sakit menahun tanpa kemampuan pembiayaan yang mumpuni. Padahal, rumahnya jauh banget dari kota, tersambung hanya dengan jalan yang sempit, bahkan, sinyal seluler sulit.
Kalau salah satu tokoh senior Pemuda Muhammadiyah di Purbalingga yang juga pernah merintis Baznas Purbalingga, Kang Imam Yulianto bilang, para relawan sosial itu seperti memiliki frekuensi khusus untuk menemukan orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan. Keren yah.

Menghadiri Peringatan Tiga Tahun Berdirinya Semut Purbalingga.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kian banyak komunitas sosial di Kabupaten Purbalingga. Nama dan fokus gerakannya macam-macam lah. Namun, tujuannya sama, yakni membantu warga di Kota Perwira.
AkuBangkit sudah cukup lama bersentuhan dengan teman-teman yang menjadi relawan sosial di Kabupaten Purbalingga. Baik yang tergabung dalam lembaga filantropi maupun yang tergabung dalam komunitas sosial.
Salah satunya, Perkumpulan Pegiat Sosial Purbalingga “Semut Purbalingga”. Komunitas yang diketuai Rendra ini berdiri di Purbalingga sejak tiga tahun lalu. Meskipun masih “balita” namun, aksi nyata yang dilakukan Semut Purbalingga ini sudah banyak.
Komunitas relawan sosial ini memilih nama semut karena terinspirasi dari semangat kegotong-royongan dan kerja keras semut. Dan, Semut Purbalingga ini memang isinya relawan yang terus bekerja keras untuk membantu sesama.
Baca Juga Yuk: 5 Kuliner Tradisional dari Purbalingga Ini Cocok Banget jadi Kanca Medhang, Yang Mana Favorit Kamu?
Mereka hadir dalam perbaikan rumah tidak layak huni, penyaluran air bersih di musim kemarau, penanganan orang gila, memberi bantuan keuangan dan alat bantu pasien, mengantar orang sakit untuk berobat, termasuk juga membantu mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Bahkan, relawan sosial di Semut Purbalingga ini, juga nggak ragu membantu gelandangan hingga orang gila yang berada di jalan dan nggak punya tempat tinggal pasti. Padahal, mereka ya nggak kenal orang-orang yang dibantunya itu.
Nah, Semut Purbalingga baru saja menggelar syukuran Peringatan 3 Tahun Semut Purbalingga, 2 Agustus 2020 kemarin. Syukuran sederhana namun penuh rasa akrab itu digelar di Sekretariat Semut Purbalingga yang ada di Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga. Rumahnya Imam Black.
Banyak sekali para relawan yang hadir dalam syukuran tersebut. Ada juga para donatur serta tokoh masyarakat level desa hingga kabupaten yang datang menghangatkan syukuran dalam kemasan juguran guyub tersebut. Padahal, malam itu begitu dingin. Heuheu.
Obrolan selepas potong tumpeng yang dikemas dengan tajuk “Juguran Kemanusiaan” juga begitu mengalir dan akrab. Beberapa orang mengapresiasi perjuangan relawan sosial, khususnya Semut Purbalingga. Beberapa orang yang lain berbagi komitmen dan cerita inspiratif.
Memahami Lima Jenis Manusia, Kamu Manusia Jenis Apa?
Salah satu pemantik obrolan “Juguran Kemanusiaan” a la Semut Purbalingga adalah Agus Sukoco. Budayawan Purbalingga sekaligus tokoh Maiyah di Banyumas Raya yang begitu pandai merangkai inspirasi dan motivasi dalam rangkaian kata serta kisah.
Pak Agus Sukoco berbicara banyak malam itu. Orang-orang yang hadir mendengarkan dengan begitu seksama. Namun nggak rikuh untuk turut tertawa ketika hal yang disampaikan Pak Agus Sukoco memang perlu direspon dengan tertawa.
Salah satu pesan yang Pak Agus Sukoco sampaikan adalah tentang lima jenis manusia. Di dunia ini, ada lima jenis manusia. Yakni, manusia wajib, manusia, sunah, manusia makruh, manusia mubah dan manusia haram.

Manusia Wajib. Yakni jenis manusia yang kehadirannya wajib ada. Kehadiran dan pemikirannya dibutuhkan dan dirindukan di lingkungan sekitarnya. Tanpa dirinya, aktivitas bisa mandek, masalah bisa nggak bertemu dengan solusinya.
Manusia Sunah. Yakni jenis manusia yang kehadirannya nggak harus ada, tapi sebaiknya ada di lingkungan. Dan ketika orang yang masuk kategori ini, kehadirannya akan menjadi solusi bagi masalah yang mungkin hadir di lingkungan sekitar dirinya.
Baca Juga Dong: Rekomendasi Kopi Khas Purbalingga yang Nikmat bin Sedap, Jangan Sampai Lolos. Seruput, Lik!
Nah, Manusia Mubah. Yaitu manusia yang ada atau nggak ada, ya nggak berarti apa-apa buat lingkungan sekitarnya. Masyarakat nggak ambil pusing dengan keberadaan orang yang masuk dalam kategori manusia mubah ini.
Manusia Makruh. Adalah manusia yang kehadirannya nggak dipermasalahkan oleh masyarakat dilingkungannya. Namun, masyarakat menilai lebih baik orang dengan kategori manusia makruh ini sebaiknya nggak usah ada aja.
Manusia Haram. Nah, manusia kategori ini adalah manusia yang keberadaannya nggak diinginkan oleh lingkungan sekitarnya. Kehadiran manusia haram ini cenderung identik dengan kerusakan, pertengkaran atau minimal sebel.
Kalau, wankawan, inginnya menjadi manusia jenis apa nih? Pertanyaan retoris banget yah. Hehehe.
Kalau menurut Pak Agus Sukoco, teman-teman relawan sosial ini sudah bisa termasuk dalam kategori Manusia Wajib. Terlebih, di tengah fakta bahwa pemerintah belum bisa menangani secara tuntas masalah kemiskinan dan rentetan turunannya.
Karenanya, keberadaan relawan-relawan sosial dan juga lembaga-lembaga sosial ini harus didukung oleh orang-orang yang memiliki cukup uang dan juga akses kebijakan. Karena, tanpa kolaborasi, kesetiakawanan sosial nggak bakal optimal dijalankan.

Dua Hal yang AkuBangkit Pelajari dari Relawan Sosial di Purbalingga.
AkuBangkit tahu betul kalau menjadi relawan sosial di Purbalingga nggak mudah. Apalagi kemiskinan masih menjadi teman akrab bagi sebagian masyarakat di Kabupaten Purbalingga ini. Plus kepekaan sosial yang mulai terkoyak.
Makanya, AkuBangkit sangat mengapresiasi atas semangat dan aksi nyata dari teman-teman relawan sosial di Kabupaten Purbalingga. Khususnya Semut Purbalingga ini, umumnya ya yang tergabung dalam berbagai komunitas dan lembaga filantropi. Kalian luar biasa!
AkuBangkit belajar dua hal dari Semut Purbalingga. Pertama, soal semangat berbagi yang nggak kunjung padam. Malah dari hari ke hari, terus bersemangat membantu meringankan beban keluarga dan masyarakat dhuafa di Kota Perwira, yang sangat mungkin nggak mereka kenal secara pribadi.
Meluangkan waktu dan tenaga itu nggak gampang. Meskipun kesannya sepele. Apalagi, dengan kondisi dimana nggak semua relawan sosial itu mapan secara finansial.
Kedua, soal kengodorannya. Misalnya saja dalam hal untuk membantu keluarga dhuafa yang sakit itu nggak mudah. Karena, kadang harus berbenturan dengan minimnya fasilitas dan pembiayaan. Apalagi, pas orang yang sakit itu ternyata nggak punya BPJS.
Para relawan sosial ini pasti harus berputar otak menyediakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau biaya pengobatan. Terkadang, mereka harus berurusan juga dengan birokrasi pemerintahan dan juga rumah sakit.
Baca Juga Nih: Puisi Tak Hanya Diksi Mendayu-dayu. Empat Puisi yang Sangat Menginspirasi dan Punya Daya Magis!
Itulah cerita sentuhan AkuBangkit dengan relawan-relawan sosial di Kabupaten Purbalingga. Salah satunya, Semut Purbalingga. Sangat menyenangkan bisa berkenalan dengan para pejuang sosial, yang terus berbagi dengan semangat dan kemampuannya masing-masing.
Kalau, wankawan punya pengalaman berkaitan dengan kegiatan sosial semacam di atas itu? Hayo dong share pengalaman kalian. Bagikan aja di kolom komentar yah. Monggoh.
1 thought on “Tentang Relawan Sosial dan 5 Jenis Manusia. AkuBangkit Sih Nggak Mau Termasuk Jenis Manusia Nomor 5!”