buku jantra jiwa purbalingga
Catatan Lepas

Resensi Buku Cerpen Purbalingga “Jantra Jiwa”: Batal Patah Hati oleh Ekspektasi yang Bertepuk Sebelah Tangan

Akhirnya selesai sudah. Buku cerpen Purbalingga setebal 82 halaman selesai dibaca. Tuntas. Rasanya lega sekali. Apalagi sudah beberapa pekan ini sering melihatnya teronggok di antara tumpukan buku catatan lama.

Rasanya, nggak enak hati melihat buku itu tergeletak semata. Padahal, sewaktu hendak mendapatkan buku itu, sampai harus mlipir ke Sekretaris dan Ketua Komunitas Teater Sastra Perwira alias Katasapa Purbalingga.

Buku yang AkuBangkit maksud itu adalah buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa”. Katasapa Purbalingga menerbitkan buku “Jantra Jiwa” ini di Juli 2020 dan menjadi bagian dari program Panggung Kahanan.

Dolan ke sini yuk: Bioskop Misbar Purbalingga, Ruang Kreatif dan Konsep Virtual Event. Sudah Pernah Nonton Acaranya?

AkuBangkit sangat antusias ketika mendengar ada rencana untuk menerbitkan buku kumpulan cerita pendek dari penulis-penulis di Purbalingga. Jujur saja. Kenapa bisa begitu?

Karena memang AkuBangkit sudah lama nggak membaca buku yang berisikan daya kreatif banyak penulis kece di Kota Perwira. Apalagi kan lagi pandemi Covid-19, jadi cocok banget buat jadi teman membunuh momen gaje. Sekaligus penyegaran daya imajinasi kan. Heuheuheu.

Nah, sebagai bentuk apresiasi dari diterbitkannya buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa” ini, AkuBangkit bikin sedikit ulasan yah. Bahasa kerennya yah resensi. Tapi, ini resensi versi pembaca ala kadarnya. Hehehe.

blogger purbalingga jawa tengah

Mengenal Buku Antologi Cerpen “Jantra Jiwa”.

Seperti tadi yang udah AkuBangkit singgung sih. Katasapa Purbalingga menggandeng SIP Publishing untuk menerbitkan buku yang masuk di program Panggung Kahanan.

AkuBangkit cerita sedikit yah soal Panggung Kahanan. Panggung Kahanan adalah program Pemprov Jawa Tengah untuk membantu seniman di Jawa Tengah yang terdampak pandemi COvid-19. Konsep Panggung Kahanan ini semacam pentas virtual untuk penggalangan dana.

Setelah dana “ngamen” terkumpul, duitnya disalurkan kepada seniman di Jateng. Katasapa kirim tuh proposal penerbitan buku kumpulan cerpen 15 penulis dari Purbalingga. Dan, ternyata tembus deh. Maka jadilah buku “Jantra Jiwa”

Oke, kembali soal buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa”. Buku yang disunting oleh Agustav Triono dan Ryan Rachman ini memuat karya dari 15 penulis.

Semua penulis yang karyanya terbukukan ini sudah malang melintang di dunia kasusastraan. Bahkan, nggak cuma untuk lingkup Kabupaten Purbalingga saja sih. AkuBangkit sebutin yah namanya.

Ada Agustav Triono, Ambaruny Aryo, Arto Wibowo, Ira Ismatul Hamidah, Irna Novia Damayanti, Lilian Kiki Triwulan, Maya Batari, Mufti Wibowo, Niken Bara Rusdianawati dan ada Novi Ika Lindawati.

Kemudian ada juga, Rahayu Pujiutami, Rokhmat Gioramadhita, Ryan Rachman, Suryanto dan Windu Setyaningsih. Nama beken semua kan?

Semua penulis berpengalaman tersebut mencoba mengulik kisah dengan tema yang serupa. Yakni kehidupan sosial dan budaya di Kabupaten Purbalingga.

antologi penulis muda banyumas purbalingga

Bagaimana Buku Ini Bisa Bikin Dahi Mengeryit?

Jujur saja, ketika membaca pada beberapa cerita pendek, AkuBangkit lantas mengernyitkan dahi. Ekspektasi yang tinggi, tidak lantas dibayar tuntas dengan oleh beberapa karya sastra di Buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa”.

Apa sih ekspektasi AkuBangkit? AkuBangkit berharap bisa menemukan dan membaca kisah-kisah yang memiliki berkisah yang meliuk-liuk, nggak tertebak bahkan imajinatif.

AkuBangkit baca karya orang-orang yang sudah membaca banyak buku dan menulis banyak karya, maka itu harapan begitu melambung tinggi ketika plastik cover buku mulai disobek.

Buku antologi ini memang Purbalingga banget. Mulai dari latar cerita, penokohan, cara bertutur hingga masalah yang disajikan semua terasa sekali Purbalingga-nya. Bahkan, kalau wong braling maca, langsung merasa terhubung dengan kisah itu.

Namun beberapa karya awal terasa biasa aja. Malah, kebanyakan cerita pendek di buku ini terlalu banyak mengambil sudut pandang orang pertama ketika bercerita. Jadi, pas baca terasanya hanya tentang aku, aku, aku, aku….

Agak terasa melelahkan. Nggak ada gereget. Dahi AkuBangkit mengernyit berkali-kali. “Kok cuma kayak gini sih,” kataku sembali menutup buku dan menaruhnya di tumpukan buku.

Iya. AkuBangkit memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca buku. Bukan untuk menyudahi minat membaca buku “Jantra Jiwa”. Dan, membuang minat untuk mengapresiasi karya cerpen itu. Bukan begitu. Melainkan berhenti untuk menyegarkan ekspektasi dan persepsi.

antologi cerpen panggung kahanan jawa tengah

Semakin Menuju Akhir, Kok Semakin Asik Sekali.

Dan, benar! Setelah kembali melanjutkan proses membaca buku yang dibuka oleh kisah “Giman dan Petunjuk Pohon” dari Agustav Triono, AkuBangkit semakin bisa menikmati karya cerita pendek di buku antologi ini.

Kayaknya, penyunting memang berusaha membangun alur membaca yang landai namun kemudian menanjak dan meliuk-liuk. Kira-kira seperti perjalanan dari Kota Purbalingga ke Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Yang mana, jalurnya via Desa Sangkanayu, Kecamatan Mrebet.

Yes! Semua cerita memang menyajikan alur dan masalahnya masing-masing. Namun, selayaknya perjalanan, ada spot tertentu yang lebih menarik pandangan kan. Termasuk ketika mengikuti alur cerita di buku kumpulan cerpen ini.

Pada akhirnya, ada beberapa karya yang menurut AkuBangkit asik untuk dibaca. Cerpen-cerpen itu menyajikan masalah yang nggak biasa dan tentu saja ending cerita yang unik sekaligus menyegarkan sekali.

Beberapa cerita pendek yang AkuBangkit suka adalah cerpen “Menemukan Jalan Pulang” dari Novi Ika Lindawati, “Jantra Jiwa” dari Rokhmat Gioramadhita dan “Ular di Kamar Las” dari Ryan Rachman. Eh, ada juga cerita trenyuh “Sayur Lompong Emak” racikan Windu Setyaningsih.

Empat cerita itu sama-sama mengulas tentang kehidupan berkeluarga, namun dengan masalah dan sudut pandangnya masing-masing. Ada yang mengangkat dari si horor, mitos, hingga kesulitan-kesulitan hidup berkeluarga. Endeess sekali membaca empat cerita pendek itu.

Menurut AkuBangkit, buku ini sudah bisa menjadi dokumentasi karya sastra di Purbalingga. Keberadaan buku ini sangat bernilai sih. Harusnya guru-guru bahasa merekomendasikan buku ini ketika pembelajaran. Hehe.

Pengin dong nambah follower: Tips Membuat Konten Menarik di Media Sosial. Tips ke 3 Adalah Core of The Core Sukses Menambah Jumlah Follower!

Jika wankawan punya kesempatan bertemu dengan Buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa”, maka jangan ragu untuk memanfaatkan momen itu untuk membaca habis buku kumpulan cerpen itu.

Kamu pasti akan terasa terhubung dengan masalah-masalah yang dikisahkan dalam Buku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa” itu. Karena isu dalam ceritanya memang benar-benar ada dan dekat dengan kehidupan masyarakat Kota Perwira.

Wankawan sudah pernah bacaBuku Antologi Cerpen Penulis Purbalingga “Jantra Jiwa”? Kalau sudah, boleh dong share pendapat kalian tentang karya sastra dari penulis-penulis kece di Purbalingga ini. Yuk ah.

2 thoughts on “Resensi Buku Cerpen Purbalingga “Jantra Jiwa”: Batal Patah Hati oleh Ekspektasi yang Bertepuk Sebelah Tangan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *