sajak hujan
Coret Moret

Sajak Hujan dan Atap Seng

Air hujan menghantam atap seng
Mereka menghujani atap dengan kerasnya
Begitu keras hingga sunyi tak lagi terdengar
Hanya sayup-sayup riuh air langit berjatuhan
Membuat gelap semakin terlelap

Air hujan menghantam atap seng
Tadi siang hujan juga sudah turun
Namun hujan kembali jua datang menyapa
Seolah tak puas dengan ujaran syukur manusia
Yang kalah dari takbir yang bergema dari kepalan tangan

Air hujan menghantam atap seng
Sinaran lampu menyelinap di sela tirai tipis
Walaupun ia tak selihai nyamuk menyusup
Tapi pijaran lampu tetap lebih melengkapi malam
Malam sendu di ujung rindu yang teriris hujatan

Air hujan menghantam atap seng
Tetesannya menghujani bumi yang kian menua
Sementara tanah menyerapnya hingga kedalam
Menghilangkan dahaga suguhan kemarau
Esok, daun-daun bisa bergembira menyaji nutrisi

Air hujan menghantam atap seng
Bersama suara berbisik asik pada pojok ruangan
Negosiasi belum juga beres apalagi sepakat
Selingan kopi tak mampu samakan pilihan
Menang bersama bukan jawaban yang dicari

Air hujan menghantam atap seng
Kadang terdengar lantang, kadang terasa pelan
Panca-panca indera memilih hitungannya sendiri
Tak mau asal sama, tak mau harus beda
Bersama mereka mulut manis menebar citra

Air hujan menghantam atap seng
Mendinginkan pikiran dan hati yang gaduh
Menyapu prasangka yang tertutup gincu
Membasuh luka jiwa yang mengharu biru
Menyuburkan tipu muslihat yang melarat

2 thoughts on “Sajak Hujan dan Atap Seng”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *