trend kerja milenial jualan online
Catatan Lepas

Wahai Kaum Milenial, Ini Tiga Tantangan yang Harus Kamu Taklukan demi Hidup Lebih Asik!

Selalu ada saja yang menarik ketika mengulas kehidupan Generasi Milenial. Pemicu ketertarikan itu nggak lepas dari fakta kalau para milenial yang bakal memimpin dunia dalam beberapa tahun ke depan.

Banyak banget ulasan tentang kehidupan Kaum Milenial di Indonesia. Mulai dari karakter diri, peluang kerja atau usaha, cara komunikasi malah ada juga yang bahas nasib percintaan. Pokoknya, banyak deh.

FYI. Generasi Milenial asal mulanya dari istilah “millenials”, yang dipopulerkan pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe.

Generasi ini juga biasa disebut Generasi Y alias Gen Y. Buat kamu yang lahir di tahun 1980 hingga awal 2000-an sudah tentu masuk dalam kategori generasi ini.

Kali ini aku juga mau bikin post tentang kehidupan Generasi Milenial. Khususnya di Indonesia ini yah. Di blogpost ini, aku mau cerita tentang para milenial dan tantangan hidupnya.

Tantangan yang mau aku share kali ini adalah tantangan-tantangan yang berkaitan dengan masalah pengelolaan keuangan Gen Y. Ulasan ini aku sarikan dari beberapa artikel yang pernah aku baca.

Apa saja tantangan-tantangan yang akan dihadapi para milenial di Indonesia ini?

blog wisata purbalingga
Sumber Foto: Anton Porsche from Pexels

Beratnya hidup “Dak-Duk” bagi para Sandwich Generation.

Tantangan pertama yang dihadapi para milenial adalah menjadi sandwich generation. Bagai roti sandwich ala luar negeri itu, generasi ini juga mengalami rasanya “terhimpit”.

Apa yang menghimpit? Jadi, definisi mudahnya Generasi Sandwich ini adalah mereka yang memiliki beban finansial dalam mengurus orangtua atau anggota keluarga lain sekaligus keluarga barunya sendiri.

Yang termasuk pada generasi ini, biasanya berusia sekitar 30-40 tahun. Mereka sudah menikah, punya anak yang sedang tumbuh dan punya beban pengeluaran keuangan sendiri. Bagaimana, kamu termasuk? hihi.

Sebenarnya, di Indonesia, kondisi ini nggak aneh ya. Banyak keluarga muda yang masih menyokong kehidupan orang tuanya, meskipun sudah memiliki keluarga sendiri. Dari dulu juga gitu.

Kalau keuangan dalam kondisi prima sih, kayaknya menjadi sandwich generation nggak terlalu jadi masalah yah. Nah, bagaimana kalau kamu belum aman untuk urusan dapur dan perut sendiri?

Dari beberapa artikel yang aku baca, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menyelamatkan diri dari tantanan generasi sandwich ini.

Seperti, memiliki penghasilan yang mencukupi, membuat prioritas pengelolaan keuangan, buat perencanaan keuangan dengan cermat, dan libatkan saudara untuk terlibat dalam memenuhi kebutuhan orang tua.

kopi cafe kafe purbalingga
Sumber Foto: Matthias Cooper from Pexels

Kebiasaan Latte Factor yang sedikit sih, tapi bikin boros juga.

Latte Factor menjadi salah satu hal yang sedang banyak diulas oleh banyak artikel yang berhubungan dengan para milenial. Btw, Latte Factor itu bukan tentang citarasa kopi Nusantara loh yah.

Istilah Latte Factor diperkenalkan oleh David Bach. Bach merupakan motivator keuangan dan penulis dari Amerika Serikat. Bach memang terinspirasi dari kopi saat mencetuskan istilah itu, tapi konteks Latte Factor ini ya tentang keuangan. Hehehe.

Jadi, Latte factor itu lebih berbicara tentang pengeluaran kecil yang sifatnya rutin, tetapi sebenarnya nggak penting-penting amat. Bahkan bisa ditiadakan loh.

Kalau Tirto.id menyontohkan, Latte Factor itu wujudnya bermacam-macam. Mulai dari kopi di cafe, air mineral kemasan, cemilan, sampai dengan biaya transfer antarbank.

Kalau membayar semua kebisaan itu itu memang dikit, tapi kalau akumulatif dalam satu bulan juga banyak jumlahnya. Nggak percaya? Coba deh hitung pengeluaran dikit-dikit itu.

Setiap milenial memiliki latte factor-nya masing-masing loh. Aku, kamu dan mereka bisa beda-beda atau justru bisa sama. Tergantung banget dengan aktivitas sehari.

Katanya sih, Latte Factor ini bisa muncul karena alasan kebiasaan atau malah bisa juga karena impulsive buying alias karena tekanan dari lingkungan.

Yuk, jangan terjebak gengsi dan gaya hidup Latte Factor. Kan mendingan uang recehan itu dikumpulkan lalu buat investasi atau beli rumah kan.

Sumber Foto: Clem Onojeghuo from Pexels

Traveling memang asik, tapi juga bisa jadi toxic.

Traveling memang selalu menjadi hal yang menyenangkan. Menyegarkan pikiran di akhir pekan selalu menjadi solusi ajib untuk lepas dari jerat rutinitas yang bikin pusing.

Kaum milenial memang begitu identik dengan hobi traveling. Banyak destinasi yang nggak terkenal menjadi booming berkat unggahan para milenial di media sosial miliknya.

Bahkan, hobi traveling yang melekat pada milenial ini dinilai sudah sangat mempengaruhi pada industri pariwisata di Indonesia bahkan dunia. Keren banget kan kekuatan milenial.

Tetapi, aktivitas traveling bisa jadi toxic bagi kehidupan milenial. Terutama karena aktivitas ini bisa menyedot anggaran yang luar biasa besar dalam satu kali aktivitas melancong.

Bagi sebagian milenial, malah lebih memilih traveling dan membuat konten media sosial daripada mempersiapkan diri untuk membeli rumah. Alhasil, kaum milenial selalu susah kalau untuk beli rumah.

Di banyak kasus, menjadikan traveling sebagai bagian dari gaya hidup tanpa mempertimbangkan kemampuan keuangan atau tidak disertai dengan perencanaan keuangan yang cermat justru berujung pada jeratan utang.

Kalau sudah begitu kan jadi repot sendiri. Traveling yang seharusnya penyegaran hati, pikiran dan tubuh, malah hanya menjadi toxic yang membuat pusing di akhir bulan. Sayang seribu sayang.

Baca Juga Yuk: Berdasarkan Pengalaman! Perhatikan Empat Hal Penting Ini Kalau Kamu Mau Naik Transjateng Purbalingga – Purwokerto

Nah, itu dia tiga tantangan yang harus dihadapi para milenial di era serba terkoneksi online ini. Kalau nggak cermat dan bijak dalam mengelola keuangan, tiga tantangan itu bisa menjerat kita kan.

Kamu sudah pernah mengalami salah satu tantangan itu atau malah sudah menghadapi tiga tantangan itu sekaligus? Boleh dong share pengalaman kamu di kolom komentar. Yuk share yuk.

Eh, btw milenial itu beda generasi sama generasi zaman now alias gen z loh yah. Hm, apa saja bedanya? Kapan-kapan aku ulas pada blogpost terpisah yah. Hihihi.

3 thoughts on “Wahai Kaum Milenial, Ini Tiga Tantangan yang Harus Kamu Taklukan demi Hidup Lebih Asik!”

  1. Aku sudah atau sedang mengalami semuanya. Wakakakak. Khususnya traveling, wahahaha.

    Tapi ya, aku juga pernah baca, bahwa kaum milenial itu ngeri-ngeri sedap, mereka terkadang sampai menghalalkan segala cara untuk bisa traveling. Ya, sudah banyak kasusnya juga. Liburan ke mana-mana sampai gali lubang tutup lubang demi sebuah feed instagram yang katanya keren.

    1. Iya. Bahaya juga kalau sampai toxic. Pengin liburan sampai menggunakan segala cara, yang penting terlihat setiap liburan pasti traveling. Untung hidup di Purbalingga ya, liburannya murah meriah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *